Rabu, 24 September 2008

Ramadhan dan Para Pencari Tuhan Jilid 2

Alhamdulillah, disaat tayangan televisi di negeri ini sudah tidak bermutu lagi, lebih-lebih di bulan Ramadhan ini, masih ada tayangan yang memberikan pencerahan. Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 2 [PPT2] mampu membuat gebrakan di saat acara TV dipenuhi lawakan gak bermutu, banci-bancian dan humor porno. Kuis berbau judi pun telah menodai kesucian Ramadhan. Eiit, PPT2 pun ada kuis macam itu. Ya…itu yang gak pas. Tapi tayangan sinetronnya isinya bagus banget.

Episode tadi pagi [ 24 Sept 08] merupakan yang paling berkesan buatku. Adalah tokoh Bara [Tora Sudiro ], seorang pelaut pemabuk yang hanya bisanya bikin onar. Ketika pertama muncul tokoh ini, aku sempat berpikir untuk apa tokoh seperti ini ditampilkan. Ending bagaimana yang diinginkan sutradara terhadap tokoh ini. Bertobat setelah bertemu Bang Jack dan kawan-kawan ? Itu bisa ditebak. Tapi jalannya tobat seperti apa ? Tadi pagi terjawab sudah.

Bara, yang bisanya berbuat onar dengan mabuknya, sebagai pelaut yang menguasai navigasi, berhasil membuktikan kalau arah kiblat Musholla At Taufiq ternyata melenceng. Bukan ke arah Mekkah sebagaimana seharusnya [ dalam fiqih, arah kiblat orang di luar Mekkah adalah kota Mekkah. Orang di dalam Mekkah kiblatnya adalah Baitullah. Orang di dalam Baitullah boleh menghadap mana saja, Wallahu a’lam]

Kemarahan pada Allah karena kehilangan adik yang sangat disayanginya telah membuat Bara menjadi pendurhaka. Dia sering datang ke musholla hanya untuk mengeluarkan kemarahan hatinya. Selebihnya, adegan lainnya lebih banyak tentang mabuk dan ulah isengnya yang lain.

Karena menguasai ilmu navigasi, dia bisa tahu kalau kiblat musholla telah melenceng. Hal ini akhirnya membuat tatanan karpet dan shof sholat dibuat sedemikian rupa sehingga tepat menghadap Mekkah. [ jadi teringat di Jogja banyak masjid dan musholla yang harus melakukan penyesuaian seperti ini. Kayaknya penulis skripnya terilhami Masjid Gedhe Kauman yang karpetnya miring karena masalah ini…he…he…just guess ].

Ketika dia pamitan untuk berlayar kembali, dia disadarkan Bang Jack dkk tentang kemurahan Allah ini.

“ Kenapa aku harus bertobat sedangkan Allah tidak memperdulikan aku ?” kata Bara.

Kalimat selanjutnya tak terduga. Andai aku yang jadi penulis cerita, tentu bantahannya tentang nikmat hidup, sehat, makan dan semacamnya.

Tak terduga.

Dialog selanjutnya malah tentang penemu pertama salahnya arah kiblat musholla.

Allah telah memberikan informasi sangat penting tentang arah kiblat itu lewat orang yang bernama Bara, pelaut pemabuk pembikin onar. Andaikata Bara tidak diberi rahmat, tidak dipedulikan Allah, tidak mempunyai arti penting, tentu Allah tidak akan memberikan informasi itu lewat dia. Tentu saja kalimatnya tidak sesederhana itu. Lebih dramatis lagi….

Aku jadi teringat nasehat ulama yang menghabiskan waktunya dalam dakwah. " Jika ingin orang lain mendapat hidayah, buat dia melakukan suatu kebaikan, walaupun dia sendiri tidak menyadarinya. Dimana dengan kebaikan itulah Allah ridho kepadanya, dan akan memberinya hidayah".

Ending yang sempurna. Membuat mataku ikut berkaca-kaca.

Totalitas yang sempurna dari para pemainnya. Two tombs for all of the talents and the crews.

Ramadhan dan Penyakit Was-was

Di bulan Ramadhan ini, Allah swt telah membelenggu setan. Tapi kenapa masih ada kejahataan dan perbuatan berdosa ? Salah satu jawaban terdekat dengan kebenaran adalah bahwa bisikan setan yang dihembuskan selama 11 bulan lainnya telah menjadi virus di hati manusia, yang bisa kambuh kapan saja termasuk di bulan Ramadhan.
Hembusan setan itu bermacam-macam. Salah satunya adalah was-was dalam menjalankan sesuatu.

Ketika orang berniat melakukan suatu ibadah, maka akan dihembuskan rasa enggan untuk memulai.
“Untuk apa kau bersusah payah melakukan itu ? Santai saja, hidup masih panjang”.

Orang yang selamat akan yakin bahwa kematian bisa datang kapan saja, maka dia pun tidak bergeming dengan bisikan ini.

“Kau hebat bisa melakukan amalan ini. Beramallah sebaik mungkin agar orang lain melihat kau sebagai orang yang alim”.

Orang yang selamat akan yakin dan berusaha menghindar dari perasaan riya’ seperti di atas. Beribadah hanya untuk Allah, bukan agar terlihat orang lain sebagai orang alim.

“Benar, sebab nanti Allah jualah yang suatu saat akan membuka kebaikanmu pada orang lain”

Orang yang selamat tidak akan peduli dengan bisikan ini. Dia tidak peduli kebaikannya akan diketahui orang lain atau tidak. Dibuka atau tidak, itu urusan Allah, bukan urusan manusia.

Hembusan setan terhadap orang yang mau berbuat baik saja begini rumit, apalagi hembusan untuk berbuat kejelekan dan dosa.

Sesungguhnya dalam berbuat kebaikan, setan selalu membuat was-was hati manusia. Penjelasan lebih bagus, buka kitab Minhajul Abidin Imam Ghozali. Beliau rahimahullah telah membuat bahasan yang panjang dan lengkap tentang was-was setan ini. Walaupun dalam urusan hadist, Beliau mungkin bukan masternya, tetapi untuk urusan tazkiayatun nufs [pembersihan jiwa], karangan-karangan beliau termasuk yang terhebat di bidang ini.

Ramadhan dan Tradisi Maleman

Sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat istimewa. Di sinilah terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, Lailatul Qodar. Malam ini dikabarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan hadir di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kemudian Beliau saw lebih memberatkan untuk mencari di malam-malam ganjil yaitu 21, 23, 25, 27 dan 29. Ada pendapat menarik dari kriteria malam ganjil ini. Jika satu bulan Ramadhan berjumlah 30 hari maka malam ganjilnya sebagaimana di atas. Tetapi jika satu bulan berjumlah 29 hari maka malam ganjil dimulai dari malam 20, 22, 24, 26, dan 28. Wallahu a’lam

Yang jelas sangat ditekankan untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir dengan cara beriktikaf di masjid jami’[masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at’ lain itu gak sah]. Kenapa I’tikaf ? karena jika kita tertidur pun, Lailatul Qodar turun, kita masih dapat pahala karena kita sudah berniat I’tikaf di masjid.

Di tempatku ada tradisi maleman. Yaitu tradisi mennberikan shodaqoh berupa makanan yang dihidangkan pada malam-malam ganjil tersebut. Biasanya dihidangkan setelah sholat tarawih.

Ketika makanan dihidangkan, tak lupa dibacakan doa yang berisi permohonan kabulnya hajat, permintaan ampun untuk kerabat yang telah meninggal dan berbagai doa-doa yang lain.

Sebenarnya tradisi ini tidak ada pada jaman Rasulullah saw. Tetapi ketika orang-orang sudah mulai berpikir jalan pintas, ya…bershodaqoh seperti inilah yang dilakukan. Siapa tahu pas ngasih shodaqoh, pas Lailatul Qodar turun. Kan besar sekali keutamaannya. Delapan puluh tiga tahun amalan yang makbul.
Bukan maksud mereka membuat suatu amalan baru dengan berbuat seperti itu. Ini hanya sebuah ikhtiar untuk “menjaring” Lailatul Qodar yang dijanjikan. Amal ibadah pun bisa bermacam-macam, termasuk bershodaqoh seperti ini. Dan lagipula tidak ada tuntunan apakah bershodaqoh seperti ini suatu kewajiban.
Hanya saja ketika tradisi ini sudah mendarah daging, akibatnya orang banyak terlupa dengan amalan yang benar-benar dianjurkan Rasulullah saw, yaitu I’tikaf. Orang beri’tikaf di masjid menjadi orang aneh. Dikira hanya numpang tidur di masjid saja. Hanya orang iseng yang mau mengotori masjid dengan daki dan liur mereka. Wallahu musta’an…hanya kepada Allah tempat bermohon.

Eiit, hampir lupa. Doa ketika Lailatul Qodar turun “ Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa’fu anni ”. artinya Ya, Allah sesungguhnya Engkau pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah [ampunilah] aku.

Doa ini dibaca setiap malam bulan Ramadhan, biasanya habis Tarawih. Seorang kawan pernah protes karena doa itu [dibaca tiap habis tarawih selama satu bulan] dianggap tidak sesuai, karena harus pas Lailatul Qodar sesuai tekstual hadist.
Masalahnya kita gak tahu kapan pasti turunnya. Jadi ini sama saja masalah “menjaring” seperti kasus makanan shodaqoh tadi.

Doa lain pun diperbolehkan, sesuai hajat kita masing-masing. Jangan lupa untuk mendoakan penulis ini agar selalu dalam hidayah dan ketetapan iman. Amiin..

Ramadhan dan Tadarus Al Qur'an

Tadarus Al Qur’an merupakan ibadah yang tidak akan terlepas dari bulan suci Ramadhan, bulan dimana diturunkannya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, penjelas bagi petunjuk dan pembeda antara kebaikan dan kejahatan.
Diceritakan bahwa Rasulullah saw selalu bertadarus Al Qur’an dengan Jibril selama Ramadhan. Bahkan frekuensinya meningkat menjelang wafatnya Rasulullah saw.
Kemudian amalan ini dilanjutkan para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan seterusnya sampai pad kita.

Bertadarus bukan hanya meretas Al Qur’an sampai khatam berulang-ulang. Lebih baik lagi jika ada pembelajaran bacaan dan menghayati isi kandungan Al Qur’an itu sendiri. Makhraj dan tajwid dilafalkan dengan benar. Kadang perlu juga penjelasan singkat dari makna kandungan ayat yang dibaca. Tentu saja ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang berilmu. Yang gak ada ilmu jangan coba-coba. Entar kayak golongan-golongan nyleneh yang memaknai Al Qur’an seenak udelnya dhewe.

Saat seperti ini tiba-tiba aku terkenang waktu masih kecil. Kira-kira sekitar usia 10 tahun. Saat itu aku sudah puasa penuh sebulan. Puasa penuh maksudnya bukan puasa dhuhur, tapi benar-benar penuh. Malam harinya, seperti kebanyakan orang dewasa lainnya, aku ikut tarawih dan tadarus Al Qur’an di musholla kampong kami. Jadi peserta termuda saat itu.
Pesertanya laki-laki semua. Ada kakekku dengan 3 anaknya [ salah satunya bapakku], satu orang menantu, tiga cucunya [termasuk aku] dan beberapa orang lain. Yang jelas keluarga kami saat itu menjadi penguasa arena karena jumlah kami lebih banyak dari yang lain. Lha wong imam sholatnya aja Pak Dhe-ku [paman tua]. Kakekku orangnya memang keras dalam masalah agama. Anak dan cucunya minimal harus bisa baca Al Qur’an saat usia 10 tahun. Belum bisa juga, siap-siap aja mengaji dalam naungan rotan pelecut semangat sang kakek. Allahumma nawir qobrohu birohmatika.. Ya Allah, sinarilah kuburnya dengan rahmatMu….

Saat itu pertama kalinya aku diajari bagaimana beradab terhadap Al Qur’an. Aku ditegur karena membuka lembaran mushaf dengan tangan kiri. Memakai tutup kepala saat membaca. Duduk bersila atau bersimpuh dengan khidmat. Jika napas terhenti di tengah-tengah ayat bukan waqof, diulang lagi dari jumlah [frase] terdekat. Dan seterusnya banyak lagi yang kupelajari dari beliau.

Aku sempat berpikir. Ini hanya adab. Karangan para ulama. Dalil-dalil khusus tidak ada. Kenapa harus segitunya sih ? Tapi waktu itu aku masih kecil, gak berani protes begitu. Nurut aja, entar cari tau sendiri

Beberapa tahun kemudian aku baru sadar. Sebuah ungkapan ulama berbunyi “ Barangsiapa meninggalkankan adab, dia akan meremehkan sunnah. Dan barang siapa yang meremehkan sunnah, dia akan mudah meremehkan wajib. Dan barang siapa yang meremehkan wajib maka dia akan mudah kehilangan iman. Naudzubillah..”

Ramadhan dan Madzhab Nonpopuler 2

Ada berbagai golongan dalam periode ini. Kita mulai saja dari waktu sore menjelang maghrib.

Madzhab Konseriyah : Orang-orang dalam golongan ini menghabiskan waktu menunggu berbuka dengan nonton konser atau malah dia sendiri yang konser. Konsrnya biasanya musik, tetapi ada juga yang konser lawakan, ketrampilan sulap maupun atraksi olahraga seperti skate board, free style dan lain-lain. Istilah yang dipakai mereka adalah ngabuburit.

Madzhab Mauliyah : Penganut madzhab ini menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di mal-mal sampai saat menjelang maghrib datang. Sebenarnya tidak ada yang dibeli, hanya menghabiskan waktu saja.

Madzhab Safariyah : Orang-orang ini sering bepergian / safar saat buka puasa Bulan Ramadhan. Bila dia pejabat, maka itu diperlukan untuk bisa jumpa setor muka pada rakyatnya dan menyerap aspirasi mereka. Woww..keren tuh. Kalau mahasiswa anak kost, safari mereka ke masjid-masjid se-antero Jogja untuk berganti menu ta’jil / buka puasa yang disediakan masjid-masjid itu. Bisa menghemat anggaran belanja bulanan. Dari hari Senin sampai Ahad mereka bisa hapal menu-menu favorit di tiap-tiap masjid. Misal setiap kamis di Masjid Gedhe Kauman selalu disediakan menu gule kambing. Allahummaghfirlana….Ya, Allah ampunilah kami atas masa lalu seperti itu…

Madzhab Buswaiyah : Kasihan orang-orang ini. Saat maghrib tiba masih di dalam busway, bis kota, kereta api atau kendaraan pribadi dan terjebak kemacetan jalan raya. Jika dalam busway, maka ada peluang berbagi kebaikan. Siapkan selalu air mineral beberapa gelas plastik dan kue kering atau kurma.Saat maghrib, berikan ke penumpang yang lain sebagai ta’jil. Gak perlu banyak-banyak. Walaupun terlihat sederhana, namun ini bisa membuat rasa persaudaraan dan kasih sayang semakin kuat. Andaikata ini dicontoh yang lain, maka Anda akan mendapat pahala memulai suatu kebaikan tanpa mengurangi pahala orang yang melakukan.

Madzhab Tho’amiyah Ula : Adzan maghrib tiba, langsung santap nasi dan berbagai hidangan yang ada. Adzan maghrib yang merupakan panggilan sholat berjamaah tidak dihiraukan lagi. Memang, saat Ramadhan, adzan maghrib telah berganti fungsinya. Bukan lagi panggilan sholat jamaah, tapi juga panggilan makan berbuka. Makan minum lama, sholat jamaah di masjid sudah selesai. Tidak perlu ke masjid, di rumah saja. Kan bisa dipercepat atau diperlambat semau gue, terserah perut yang baru diisi.

Madzhab Tarowiyah : Golongan ini terdiri dari orang-orang yang datang ke masjid atau musholla yang lebih mementingkan sholat tarawih. Sholat Isya’ berjamaah sudah selesai. Saat jamaahlain sedang dzikir atau mendengarkan ceramah, dia datang, sholat Isya’ sendirian, kemudian ikut sholat tarawih bersama. Rugi besar. Yang wajib dibiarkan tidak sempurna, yang sunnah dipenuhi, tapi jelas asal-asalan juga.

Ada juga kebalikan dari orang-orang ini. Datang hanya sholat Isya’ berjamaah, kemudian pergi tidak ikut tarawih. Alasannya tarawihnya entar kalau agak maleman. Kepada orang-orang seperti ini,….No Comment

Madzhab Nafasiyah : Orang-orang ini melakukan sholat tarawih dengan sangat cepat. Dinamakan Nafasiyah karena mereka biasa membaca Surat Al Fatihah dalam satu tarikan nafas. Cepat sekali bukan ? Dua puluh rakaat plus tiga rakaat witir plus doa-doa diantaranya bisa selesai dalam waktu kurang dari 30 menit.
Ada yang menarik dari cara seperti ini. Seorang Kyai ketika ditanya mengapa sholat begitu cepat, dijawab agar jamaah lebih khusyuk. Masa sih.. ? Lets try to find out..
Sholat yang cepat membuat jamaah tidak lagi berpikir hal lain selain gerakan dan bacaan sholat. Saat berdiri, ketika mau berpikir yang lain, ternyata sudah ruku’. Bahkan bacaan tasbih baru 2 kali, sudah I’tidal. Turun sujud, belum selesai bacaan sujud, sudah duduk tawarruk dan seterusnya sehingga tidak ada ruang kosong untuk berpikir ngelantur selain harus konsentrasi gerakan dan bacaan sholat mengikuti imam. Oh, begitu ya…jadi ini khusyu’ juga namanya. Kan setidaknya konsen gerakan dan bacaan, entar konsen arti dan menghayati bacaan, gerakan dan seterusnya sampai nanti mendapat derajat ihsan, beribadah pada Allah seolah-olah melihat-Nya atau setidak-tidaknya selalu merasa dilihat olehNya. Tapi kalau ngebut gitu bisa sampai ihsan gak yaa..? Senyum Pak Kyai tersungging penuh arti. Telunjuk teracung ke atas. Wallahu a’lam

Ramadhan dan Madzhab Nonpopuler

Ramadhan selalu hadir dengan pandangan dan tradisi tiap-tiap golongan yang bermacam-macam. Berbagai pandangan dan madzhab telah mewarnai Ramadhan yang lumrah sebagai sebuah ibadah di dalamnya. Begitu banyak madzhab telah terbukukan dalam ensiklopedi Islam tentang Ramadhan dan berbagai ibadah di dalamnya. Hanya saja di sini akan diulas tentang madzhab / pandangan yang merupakan gejala non popular tetapi ada pada masyarakat kita.Siap-siaplah Anda tersenyum kecut karena siapa tahu Anda termasuk salah satunya. Kita mulai dengan urutan waktu searah jarum jam.

Madzhab Hiruniyah : berasal dari bahasa Arab hirun yang artinya kucing. Ciri madzhab ini adalah sahur di angkringan atau kucingan dan ramainya pada jam 12 malam. Jam 01.00 prosesi sahur sudah selesai. Karena kebanyakan angkringan ini berasal penjualnya berasal dari Klaten, madzhab ini juga disebut Kalathiniyah.

Madzhab Tho’amiyah Ula : berasal dari bahasa Arab yang berarti makan awal. Orang-orang ini santap sahur lebih awal dari kebanyakan walaupun tidak seawal Hiruniyah. Jika ambil contoh di Jogja, subuh pada pukul 04.30 maka sahur mereka pukul 02.30. Setelah sahur kembali tidur dan bangun saat matahari sudah tinggi. Orang-orang ini selain rugi sholat subuh berjamaah, mereka juga rugi karena tidak bisa menikmati wajah Zaskia Mecca di Para Pencari Tuhan Jilid II. Apalagi sekarang banyak extras [pemain tambahan] yang juga cantik-cantik. Promosi ni yeeh…

Madzhab Indomiyah : berasal dari kata Indomie yang berarti merk mie instant. Penganut madzhab ini setiap hari sahur dengan mie instant. Kadang makan nasi juga, lauknya mie instant rebus plus kerupuk. Ah, bayanginnya jadi berlinang air mata. Hiks..masa lalu…..

Madzhab Imsakiyah : Penganut madzhab ini sangat yakin dengan waktu imsak sebagai awal dimulainya puasa. Tidak boleh makan lagi saat imsak. Padahal aslinya kan dimulai dari terbit fajar yaitu subuh. Kadang ada yang memperbolehkan makan hanya makanan kecil saja. Perlu diketahui bahwa nasi merupakan makanan kecil karena bulirnya kan kecil-kecil. Jadi makan nasi boleh juga kan ?

Madzhab Mirijoniyah : Orang-orang dalam madzhab ini suka sekali membunyikan petasan / mercon = mirijon [diarabkan, pake ilmu gathuk]. Pagi-pagi habis subuhan, sudah di jalan-jalan menyalakan petasan. Kadang duduk –duduk di jembatan sampai agak siangan, baru pulang.

Madzhab Naumiyah : Penganut madzhab ini menghabiskan waktu siangnya dengan tidur saja dengan klaim tidurnya orang puasa adalah ibadah. Kalo gitu tidur aja terus sekalian sedekah dengan gambar peta pulau – pulau di bantal.

Begitulah berbagai madzhab yang terdeteksi dari malam sampai siang. Nantikan dalam episode selanjutnya untuk periode siang sampai malam hari.

Sabtu, 20 September 2008

Ramadhan 15 dan Tragedi Pasuruan

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un

Telah terbuka mata kita bahwa sesuatu yang baik itu tidak cukup hanya bermodalkan niat baik saja. Perencanaan dan teknik/cara jangan dibuat sekenanya. Ya, Ramadhan ke 15 kemarin menjadi bencana bagi sebagian warga Pasuruan yang berniat untuk mengambil zakat. Dua puluh satu orang tewas terinjak-injak dan kehabisan oksigen saat pembagian zakat di rumah salah satu orang kaya di Pasuruan.

Saudaraku, belajarlah dari pengalaman, karena seorang muslim tidak boleh jatuh untuk kedua kalinya pada lubang yang sama.

Tahun sebelumnya peristiwa serupa hampir terjadi di tempat yang sama. Beberapa orang terjadi ke selokan dan beberapa pingsan saat pembagian zakat waktu itu. Malam dan esoknya beberapa tokoh negeri ini menyayangkan cara tersebut. Liputan di surat kabar dan media televisi tentang kasus ini banyak diulas. Tokoh-tokoh agama banyak memberikan komentar yang bernada miring.

Ternyata, setahun setelahnya. Setelah telinga, mata dan hati kembali ditutup, cara yang sama diulang. Akibatnya, 21 orang menjadi korban. Tewas saudara..bukan lagi pingsan. Tak perlu kata-kata lagi tuk menggambarkannya.

Orang miskin penerima zakat kita adalah orang yang harus dihormati. Merekalah yang berperan dalam menyucikan harta kita. Perlakukanlah mereka dngan baik. Jangan dibuat sengsara dengan menyuruh mereka merangkak meminta zakat kita. Contohlah bagaimana Sayyidina Umar r.a yang harus memikul bahan makanan sendiri, memasak dan menyuapi sendiri orang miskin yang ditemuinya. OK lah kalau ada yang memberikan tafsiran brbeda antara zakat dan shodaqoh. Artinya zakat harus terang-terangan karena kewajiban dan ada tendensi dakwah sedangkan shodaqoh harus rahasia karena bersifat tidak wajib dan agar terhindar riya’. Tapi, tetaplah cara yang santun dan bijak tetap diperlukan.

Andai saja peristiwa ini tidak terekam dalam memoriku sebagai peristiwa tahunan [aku tahu sejak 2 tahun lalu karena eks kantorku hanya berjarak 100 meter dari tempat kejadian perkara], tentu aku tidak perlu mencatat dalam blogku ini. Jujur saja, menulis kejadian ini membuat diriku kehilangan rasa humor. Gaya tulisanku jadi kaku dan berbeda. Ya..kan ?

Ramadhan Dalam Kereta 2

Perjalananku kali ini tidak terlepas dari sesuatu yang sangat kubenci. Rokok. Ya, bau dan asap rokok inilah yang sangat kubenci.Di luar bulan puasa saja aku bencinya setengah mati, apalagi pada bulan puasa di siang hari begini, bencinya tiga perempat mati. Sorry, kalau benci satu mati entar jadi mati dong. Nggak bisa nulis….

Di kereta juga begitu, aroma rokok masih saja ada. Padahal bulan puasa seperti ini. Kalau makan minum masih bisa dimaklumi karena emang orang safar boleh berbuka kan ? Tapi kalau sampai menghisap rokok ini namanya cari perkara, di depan umum lagi.

Rokok, terlepas dengan status hukumnya yang masih diperdebatkan mau tak mau memang telah menjadi masalah yang serius di negeri ini. Banyaknya perokok dan kasus kesehatan akibat rokok ternyata memang tak sebanding dengan besar cukai yang diberikan kepada Pemerintah, baik pusat maupun daerah. Bayangkan, kota Kediri di Jawa Timur, 60 % perekonomian daerah tersebut ditopang oleh perusahaan rokok Gudang Garam dan anak-anak perusahaannya. Artinya, banyak sekali jiwa yang ditanggung oleh sebuah industri rokok, barang terkutuk itu. Entar atau sekarang mungkin sudah ada, rumah sakit yang khusus menangani rehabilitasi bagi perokok. Ingat, berapa orang yang tergantung dengan rumah sakit ini. Dokter, perawat, laboran, apoteker, tukang kebun, tukang becak,sopir angkot dan tentu saja pasien itu sendiri. Bayangkan jika di negeri ini tidak ada satu perokok pun. Udara segar, tanpa suara batuk, tanpa asap mengepul, tanpa bibir kehitaman. Pun begitu juga, tanpa setoran trilyunan rupiah ke pemerintah yang berubah menjadi jalan-jalan aspal halus atau masuk kantung para koruptor.

Mungkin karena banyak masalah yang akan timbul belakangan ini, maka belum ada kata sepakat terhadap pengharaman rokok di kalangan Majelis Ulama Indonesia. Di Jawa Timur sendiri, ulamanya banyak yang tidak setuju label haram itu karena melihat dampak ekonomi di daerah penghasil rokok seperti Kediri, Malang, Pasuruan dan lain-lain. Dan tentu saja karena masih banyak AHLUL HISAP di kalangan ulama dan pesantrennya.


 

Ramadhanku Dalam Kereta 1

Bulan puasa merupakan bulan yang secara tradisi menjadi bulan safar / bepergian bagi kaum muslimin Indonesia. Bahasa entengnya ya bulan mudik. Begitu juga tokoh utama cerita ini [maksudnya aku] yang juga mudik dari Jogja ke Pasuruan. Kawan duduk dari stasiun Lempuyangan Jogja seorang pemuda kira-kira berusia 24 tahunan. Duduk di depanku. Hampir selama perjalanan kami tidak mengobrol. Tujuannya kemana pun aku tidak tahu. Bukan berarti aku pengin angkuh cuman sepanjang perjalanan dia hampir tidur terus. Sesekali buka mata kalau ada pemeriksaan karcis. Di sela-sela buka matanya dia berkali-kali menguap. Kadang ditutup dengan tangan kadang dibiarkan begitu saja seperti kudanil yang pernah kulihat di Taman Safari II Pasuruan. Bau mulut memang tidak terasa karena kalah dengan bau keringat penumpang dan WC kereta yang tidak tertutup rapat. Maklumlah kereta ekonomi. Kereta rakyat. Kereta sumber inspirasi. Ah,….bilang aja kere. Sok inspirasi segala….

Melihat mulut yang terbuka seperti itu tentu saja aku merasa risih. Aku bukan Gusti Allah yang lebih menyukai bau mulut orang berpuasa daripada minyak kasturi. Hadistnya kurang lebih seperti itu. Ini merupakan bentuk kecintaan Allah swt kepada orang yang berpuasa. Tahu sendirikan gimana baunya mulut orang yang berpuasa. Lambung yang kosong membuat produksi gas dalam lambung tidak seperti biasanya, sehingga gas yang terbentuk keluar melalui kerongkongan menuju mulut dan menghasilkan bau yang menyengat. Walaupun paginya kita sudah memakai pasta gigi super yang beraroma mint menyegarkan, tetap saja bau mulut kita seperti telur busuk. Bau itu karena kosongnya lambung, bukan karena gigi yang tidak digosok pasta.

Allah lebih menyukai bau seperti itu daripada aroma minyak kasturi. Inilah tanda kesukaan, kecintaan dan penghormatan Allah kepada orang yang berpuasa. Bau yang sangat tidak disukai orang menjadi sesuatu yang disukai Allah. Jangan diartikan secara harfiah, karena entar ada parfum yang lebih mahal daripada aroma kasturi dengan merk SHOIMIN artinya orang yang berpuasa dengan aroma tentu saja aroma telur busuk seperti bau mulut orang yang berpuasa.

Jumat, 12 September 2008

Ramadhan dan Konser Para Artis


Ramadhan selalu menghadirkan kesan susah, panas, sengsara dan tersiksa. Karena memang pada bulan ini kaum muslimin sedang menjalankan ibadah puasa. Terlihat lemas, kuyu, dan kurang bersemangat. Tapi apakah harus seperti itu ?

Yang jelas setiap amalan ibadah selalu menghadirkan tiga macam manusia. Pertama adalah penikmat, untuk orang seperti ini, mereka melakukan ibadah dengan penuh kenikmatan, kegembiraan dan kebahagiaan yang sulit dipahami oleh orang yang belum sampai tahapan maqom (kedudukan rohani ) seperti ini. Tentu saja hal ini bisa terjadi karena ada mujahadah (latihan) dan pengorbanan, sehingga sesuatu yang dianggap berat oleh orang lain, baginya hanya biasa saja.


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah melakukan sholat malam yang menyebabkan kaki beliau bengkak-bengkak karena terlalu lama berdiri dalam sholat. Istri beliau, Aisyah r.ha sampai menangis dan bertanya mengapa beliau melakukan hal itu padahal beliau adalah orang yang dijamin terjaga dari perbuatan dosa (maksum). Beliau shalallahu alaihi wasallam mengatakan “ Apakah tidak pantas aku menjadi hamba yang bersyukur ?”


Tentu banyak pula dari orang-orang kemudian yang berusaha mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Andai berita-berita tentang mereka sampai pada kita, janganlah kita beranggapan bahwa mereka melakukan hal itu secara tiba-tiba bisa. Mereka telah melakukan latihan dan mujahadah yang bisa jadi berlangsung dalam waktu yang lama. Pengalaman rohani mereka yang ditempa dalam waktu lama telah membentuk jiwa mereka menjadi penikmat ibadah.


Macam manusia kedua adalah pelaksana, untuk orang seperti ini , mereka melakukan ibadah untuk menggugurkan kewajiban saja. Asal kewajiban bisa dilaksanakan, itu sudah cukup. Orang seperti ini ada kalanya menganggap ibadah sebagai sebuah kenikmatan, tapi kadang sebaliknya menjadi sebuah beban yang berat.


Macam manusia ketiga adalah pengingkar, untuk orang seperti ini, mereka beranggapan ibadah hanya membuang-buang waktu saja. Ibadah dianggap sebagai pekerjaan orang-orang yang malas berusaha untuk hidup di dunia ini.


Tentu saja tidak selamanya setiap orang berada pada satu kelompok manusia di atas. Hidayah Allah swt bisa menjadikan banyak orang yang dulunya pengingkar ibadah berubah menjadi penikmat ibadah. Sebaliknya kehendak Allah jua lah yang membuat seorang yang dulunya penikmat ibadah menjadi pendurhaka. Naudzubillahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.


Kembali pada persoalan tadi. Karena banyak yang beranggapan puasa itu sengsara dan merana, maka banyak orang berinisiatif membuat puasa menjadi lebih indah dinikmati. Maksudnya lebih indah di sini tentu saja agar puasa jadi tidak terasa berat karena aktivitas yang mereka anggap sebagai hiburan bagi orang-orang yang sedang berpuasa. Maka muncullah istilah “ngabuburit”, istilah yang menunjukkan aktivitas kumpul-kumpul / nongkrong sambil menantikan saat maghrib tiba. Bukan hanya sekedar kumpul, karena tidak lengkap kumpul kalau tidak ada musik. Kemudian muncullah istilah Konser Ramadhan, Safari Ramadhan Bersama Grup Band INI-ITU dan lain-lain istilah.


Karena pada hari biasa (luar Ramadhan) mereka terkesan sekuler, maka bergantilah penampilan mereka. Memakai baju koko, tentu saja harus modis, kalau perlu bisa jadi trendsetter. Kalau sempet bikin album, akan dinamakan album religi, nasyid rock, dangdut dakwah, goyang Ramadhan dan sebagainya.


Lokasi konser yang biasanya di stadion dipindahkan lebih dekat ke masjid. Maksudnya agar kesan religiusnya bisa kena karena background yang digunakan adalah masjid. Penampilan di panggung pun dibuat sedimikian rupa seolah sedang berdoa atau bersembahyang menghadap Sang Pencipta. Padahal, berapa banyak orang yang sungguh-sungguh beribadah di masjid itu yang merasa terganggu oleh kebisingan acara itu.


Kamuflase pun dilakukan.


Konferensi pers.

Wartawan : “ Apa tujuan konser Anda kali ini ?”


Band INI-ITU : “Kami bertujuan baik. Agar orang-orang mau menghayati dirinya sebagai hamba Allah swt, dengan mendengarkan syair-syair kami. Berapa banyak orang yang meneteskan air mata, merasa berdosa pada Tuhan ketika kami menyanyikan lagu tentang taubat”.

(padahal nangisnya pendengar bisa jadi karena kakinya terinjak yang lain atau bisul di pantatnya tergencet. Uuoooaah….sakit banget tuh !)


Wartawan : “Ada yang protes agar masjid tidak dijadikan tempat konser, karena mengganggu orang beribadah di dalamnya. Bagaimana menurut Anda ?”


Band INI-ITU : “Niat kami konser juga ibadah. Semua kan dilihat niatnya. Innamal akmalu binniyat. Ibadah gak hanya sholat, dzikir aja kan ? Kalau mereka terganggu, berarti mereka beribadah kan tidak khusyu’. Berarti salah mereka sendiri, dong !

(kalau udah gini, ustad yang pernah ngaji Arbain Nawawiyah cuma bisa bengong, entah karena kalah dalil atau kehabisan kata-kata karena sibuk beristighfar )


Wartawan : “Jadi konser ini akan terus dilanjutkan ?”


Band INI-ITU : “ya iya lah, masak ya iya dong ! Duren aja dibelah bukan dibedong !


(Datang pejabat yang turut mensponsori acara konser itu)


Pejabat : “MUI atau lembaga yang lain jangan sok lah ! Tahu sendiri kan masjid itu gak hanya sekarang dijadikan tempat ramai ? Masjid itu biasa untuk pesta pernikahan, sunatan atau syukuran lain. Dan mesti ada musiknya, kadang organ tunggal, dangdutan dan lain-lain. Kenapa gak dari dulu protesnya ? Kenapa sekarang di saat ada band terkenal dari ibukota baru angkat bicara ? Apa pengin numpang ngetop karena protesnya bisa masuk koran ?!Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. HUH !!



Tiga huruf HUH tadi menjadikan suasana konferensi pers hening. Tidak ada wartawan yang mau tanya lagi. Sementara Band INI-ITU jadi merasa kurang nyaman. Tapi apa boleh buat, kontrak telah ditandatangani. Konser must go on …

Kamis, 11 September 2008

Ramadhan dan Kuliah Gratis Profesor



Ramadhan tentu saja merupakan bulan dimana kaum muslimin dimanjakan dengan keutamaan-keutamaan amalan ibadah yang jauh melebihi bulan lainnya. Bulan dimana kebaikan akan digandakan berlipat-lipat. Bulan dimana banyak terdapat ghirah / semangat beribadah, bekerja, menuntut ilmu dan lain semacamnya.

Dalam hal keilmuan, tentu saja dengan munculnya banyak kajian menjelang buka bersama, kultum tarawih dan sholat subuh dan bazaar-bazar buku membuat pengetahuan kita semakin banyak. Bukan hanya menyangkut soal-soal agama, bahkan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu modern, seperti kedokteran, politik, sosial, filsafat dan lain-lain.

Bayangkan saja yang terjadi di Masjid Kampus UGM Yogyakarta. Di masjid yang diklaim sebagai masjid kampus terbesar di Asia Tenggara ini setiap hari terjadi parade perkuliahan oleh para guru besar dari berbagai disiplin ilmu. Hari pertama / pembukaan sholat tarawih biasanya ceramah diisi oleh rektor. Berbicara panjang lebar tentang manajemen dan kebijakan pendidikan di Indonesia. Jamaah yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa akan menyimak baik-baik bahkan membawa alat tulis atau merekam (by Handphone) ceramah menjelang tarawih itu. Terlebih jika ia merupakan aktivis mahasiswa. Hal ini tidak akan disia-siakan begitu saja. Siapa tahu sang rektor keprucut bicara dan bisa jadi bukti / bahan untuk mendemo suatu saat nanti. Tahu sendiri kan, musuhnya mahasiswa sekarang ya para rektor yang terlalu menurut pada pemerintah.

Hari kedua dan selanjutnya saling berganti pembicara tetapi tetap merupakan para pakar di bidangnya. Jika yang berbicara pakar politik, maka akan dibicarakan tentang suramnya kondisi saat ini dan bagaimana menyelamatkan Indonesia di masa mendatang. Kalau pas ini kesannya seperti kampanye politik. Kadang juga para pembesar parpol di negeri ini juga ikut diundang berbicara di forum yang hanya 20 menit ini. Maklumlah, suasananya sudah hangat menjelang suksesi 2009.

Jika yang berbicara professor filsafat, maka jamaah dibuat bingung dan berkerut dahi tentang bagaimana memahami agama melalui filsafat dengan segala pernyataan-pernyataan yang nyleneh terutama bagi orang eksak seperti aku. Bagi mahasiswa filsafat yang mengambil kuliah sang professor, ini adalah kesempatan untuk mencari bocoran jawaban ujian semester, karena biasanya apa yang dipresentasikan akan dijadikan soal ujian termasuk presentasi dalam forum seperti ini. He..he…

Jika yang berbicara professor dari kedokteran atau farmasi, maka akan diungkapkan penelitian-penelitian terkini di bidang kedokteran atau farmasi. Karena gak mungkinlah penelitian-penelitian basi diungkapkan di sini. Forum seperti ini walaupun bertajuk ceramah tarawih, tetap saja selalu menjadikan perang gengsi antar disiplin ilmu atau antar fakultas.
Jika yang berbicara ustad yang pandai dalam tafsir Al Qur’an atau hadist, maka jamaah mendapat tambahan ilmu dalam bidang ini.

Tapi, yang bikin susah…hiks….kalau yang berbicara adalah professor fisika. Apalagi yang dibicarakan materi tentang Fisika Kuantum dan konvergenitas suatu peristiwa. Hari kiamat bisa dipastikan ada dengan perhitungan variabel matematika dan fisika. Jika yang dibahas ini, orang fisika seperti aku aja dibuat susah paham, apalagi orang luar fisika. Bengong teruuus….

Yang pasti, Ramadhan di masjid kampus, dimanapun juga, tentu akan banyak hal-hal seperti diatas. Ceramah tarawih menjadi semacam kuliah para guru besar dan ini gratis. Kesempatan bagi para jamaah mendulang ilmu dari berbagai bidang. Sehingga jika Ramadhan telah usai mereka mendapat gelar ST (Sarjana Tarawih) dan mendapatkan IPK dengan prestasi Cuemeloud (baca ; kemelut).

Rabu, 10 September 2008

Ramadhan ; Puasa dan Hukum Medhot

Bulan Ramadhan datang dengan sebuah kewajiban ibadah yaitu puasa sebulan penuh. Sebuah kewajiban ibadah yang menjadikan kita, umat beriman mendapatkan gelar muttaqien (orang yang bertakwa).

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al Baqarah : 183)

Hanya sayangnya, kewajiban tahunan ini telah menjadi suatu hal yang mudah dilanggar oleh kaum muslimin. Betapa kita sering menyaksikan di sejumlah tempat, orang-orang yang mereka adalah muslim tetapi dengan santai makan, minum dan merokok di tempat umum. Naudzubillahi min dzalik…
Artikel kali ini akan membahas tentang hukum meninggalkan kewajiban puasa dan menggugurkan puasa di siang hari atau dalam bahasa Jawa disebut medhot (dalam dialek Pasuruan Jawa Timur disebut mokel ).

Sebenarnya permasalahan hukum / fiqih seperti ini merupakan salah satu kelemahanku. Jadi sebelumnya kumohon kepada Allah swt agar diberi kekuatan dan kehati-hatian dalam pengulasannya nanti. Kemudian kepada pembaca aku mohon untuk menelaah lebih jauh referensi yang kugunakan dan membandingkan dengan referensi lain atau menanyakan kepada ulama/ustadz yang diyakini keilmuannya.

Permasalahan pertama adalah orang-orang yang mengingkari adanya kewajiban puasa. Tidak ada hukum lain kecuali dia sudah divonis kafir. Dan bertaubat merupakan jalan satu-satunya bagi orang-orang seperti ini.

Masalah kedua, orang-orang yang tidak menjalankan puasa karena malasnya. Sedangkan dia tidak mengingkari adanya kewajiban puasa di bulan ini. Bahkan dia yakin bahwa puasa adalah kewajiban atas semua orang muslim, berakal dan baligh yang tidak memiliki halangan apa-apa. Dia juga yakin bahwa puasa Ramadhan adalah rukun Islam keempat, untuk hal seperti ini sama dengan seorang muslim yang melakukan maksiat, yang lalai dengan perintah Allah, tidak menaatiNya secara sepenuhnya dan menyia-nyiakan salah satu kewajiban yang dibebankan atas dirinya, yaitu kewajiban puasa yang merupakan salah satu rukun islam yang sangat agung. Dengan demikian, ini berarti bahwa puasa yang tidak dia lakukan menjadi hutang yang membebani pundaknya yang seharusnya dia ganti sebagaimana kewajiban membayar hutang pada Allah maupun manusia. Dengan cara, mengqadha’ puasanya sehari banding sehari. Dengan ini kewajibannya (secara hukum) bisa tergugurkan, hanya saja masalah keutamaan Ramadhan, dia tidak akan mendapatkan. Disebutkan dalam sebuah hadist bahwa puasa satu hari Ramadhan tidak bisa digantikan dengan puasa 1 tahun. Maulana Muhammad Zakaria yang menyebutkan hadist ini dalam Fadhillah Ramadhan mengatakan bahwa hal ini berkaitan dengan keutamaannya, artinya dia tidak mendapatkan keutamaan puasa Ramadhan. Untuk menggugurkan kewajiban hutang puasa tetap harus dijalankan sehari banding sehari hutang puasa.

Masalah ketiga, orang-orang yang menjalankan puasa dan secara sengaja berbuka pada siang hari tanpa ada udzur pembatalan yang dibenarkan-baik dengan melakukan hubungan seksual atau dengan makan dan minum di siang hari-wajib baginya untuk membayar denda dengan cara membebaskan budak atau berpuasa dua bulan secara berturut turut atau kalau tidak bisa dia harus memberi makan enam puluh orang miskin. Hal ini didasarkan pada kasus yang terjadi pada jaman Rasulullah saw .

Jadi dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa menggugurkan puasa (medhot ; mokel) tanpa udzur syar’i seperti safar dan jatuh sakit berakibat denda / kaffarah sebagaimana diuraikan di atas. Tidak melakukan puasa karena malas , tidak ada niat /kemauan berakibat menqadha puasa yang ditinggalkan sehari banding sehari.

Jadi lebih baik tidak berpuasa sejak pagi daripada berpuasa tapi menggugurkan, gitu ya ? Wallahu a’lam. Aku gak tahu dan gak mau terlibat akal-akalan seperti ini. Masalah pembandingan ini tanyakan kepada ulama yang berkompeten. Sebagai muslim sejati janganlah kita mencari celah dari sebuah hukum dan bermain dengan hitungan untung atau rugi.

Untuk tahu lebih jauh buka : 1. Fatwa-Fatwa Kontemporer Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
2. Fadhilah Ramadhan dalam kumpulan buku Fadhillah
Amal Maulana Muhammad Zakaria Al Kandahlawy

Selasa, 09 September 2008

Ramadhan dan Ghirah Para Waria

Allahu akbar !!!
Ramadhan memang milik semua. Laki-laki, perempuan dan waria. Lho,koq waria sih ?
Waria merupakan akronim dari wanita pria. Waria merupakan gejala psikologi / kejiwaan dimana seseorang cenderung untuk menolak jenis kelamin yang dimilikinya walaupun memang ditemukan gejala waria dalam bentuk biologis. Artinya seseorang memiliki kelamin ganda / hermaphrodit. Hanya saja kasus seperti ini sangat jarang terjadi.

Kasus waria memang telah menjadi bahasan para ulama fiqih / hukum islam sejak lama. Bukan hanya kontemporer sekarang, sejak jaman tabi’in permasalahan ini telah men jadi perdebatan. Terutama berkaitan dengan hal-hal yang berbau gender. Misalnya batasan aurat, posisi sholat jamaah, hak waris dan lain sebagainya. Tapi pembahasan ulama klasik tentu saja berkaitan dengan waria/wadam dalam arti biologis, bukan psikologis seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

Perkembangan permasalahan waria (di Indonesia) telah melalui berbagai kasus yang komplek. Penanganan pun tidak bisa dilakukan secara represif. Sebagaimana kutil, kalau tidak dibersihkan dari akarnya, permasalahan waria ini tak akan selesai. Di sini kita tidak akan membahas tentang akar masalah waria ini. Kita akan membahas tentang bagaimana perhatian masyarakat terhadap kelompok minoritas ini. Tentu saja atas nama hak asasi manusia mereka dibela dan disetarakan gendernya. Tapi disamakan dengan siapa ? Pria atau wanita ? Artinya jika mereka di tempat umum mereka masuk toilet laki atau perempuan ?

Kasus yang pernah terjadi saat aku kuliah dulu. Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) UGM Yogyakarta periode tahun 2003. Salah satu kelompok KKN bertempat di Godean Sleman, ternyata masuk di dalamnya seorang waria, mahasiswa (?) FISIPOL yang mengaku memang waria asli secara biologis. Dia memakai jilbab, artinya dia menganggap dirinya sebagai seorang wanita. Saat di lokasi program, tentu saja diadakan pembagian tempat / kamar untuk tidur. Biasanya kelompok pria satu kamar sendiri dan wanita satu kamar sendiri. Nah, di saat pembagian ini, si doi diberi pilihan mau masuk kelompok pria atau wanita. Para wanita (asli) tentu saja menolak mentah-mentah. Dan para pria pun tidak kalah, menolak juga. Kalau yang masuk wanita tulen sih malah senang he…he…Ini waria jeeh…kan masih normal….Ronaldo aja yang ketipu juga ikut nolak…

Akhir-akhir ini kelompok waria ini rupanya mendapat perhatian serius dari kalangan masyarakat. Pemilihan Miss Waria Indonesia digelar dengan segala pro kontranya. Yang ngetrend adalah acara reality show di sebuah televisi swasta bertajuk Be a Man. Acara yang bertujuan untuk mengembalikan “kejantanan” para pesertanya. Nampaknya pesertanya juga sangat antusias. Pemenang kontes Miss Waria yang berasal dari Malang Jawa Timur pun ikut serta.

Di bulan Ramadhan ini pun perhatian terhadap kelompok waria ini pun timbul. Memang, daripada mereka dimusuhi, dilecehkan atau diasingkan, lebih baik mereka dibina. Karena sejak awal mereka mempunyai kelainan psikis, jadi perlakuan represif semakin membuat mereka menyimpang lebih jauh. Di daerah Notoyudan, Gedongtengen terdapat Pesantren Ramadhan Khusus Waria yang diselenggarakan oleh Pesantren Mujahadah.(lebih lengkap baca Kedaulatan Rakyat, 09 September 2008).Pesertanya tentu saja para waria yang ingin mendekatkan pada Sang Khalik. Peserta tidak hanya berasal dari Jogja, tapi juga berasal dari Jakarta, Palembang, Medan dan kota-kota lain. Kegiatannya pun tidak jauh beda dengan pesantren lain. Sholat berjamaah, tarawih, tadarus Al Quran dan kajian-kajian keagamaan. Hanya saja kajiannya dibuat sesederhana mungkin karena untuk memberi motivasi mereka agar lebih dekat pada ajaran agama. Maklum, pesantren ini baru saja berdiri , akhir Juli 2008.

Tentu saja karena mereka waria, perlakuannya pun lebih rumit. Untuk busana, ada yang memakai sarung dan berkopyah layaknya pria dan ada juga yang menggunakan mukenah saat sholat. Pengasuh pesantren menyatakan terharu saat pertama melihat kesungguhan dari para peserta.

Itulah semangat / ghirah kaum waria. Kaum yang termarjinalkan. Orang-orang yang divonis masyarakat sebagai orang yang tidak punya rasa syukur pada Pencipta. Kaum yang disebutkan dengan rasa kejijikan dan pelecehan. Mereka toh manusia yang punya naluri mengabdi dan beribadah kepada Tuhan. Dan semoga Ramadhan ini lebih memberi mereka pencerahan dan hidayah Allah subhanallahu ta’ala.

Ramadhan Untuk Pacarku

Dear Pacarku….
Ramadhan hampir tiba. Bulan suci dimana kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya. Pintu neraka ditutup. Syetan-syetan dibelenggu. Bulan dimana umat beriman berlomba-lomba melakukan kebaikan dan menghindari segala keburukan. Karena itu wahai pacarku, sesuai dengan suasana yang ada kita pun perlu menyesuaikan diri dengan segala hal di bulan Ramadhan ini.

Pertama, aku ingin kau menggunakan jilbab, penutup kepala. Aku yakin kamu pernah menggunakannya. Kan dulu kita jadian pas ada lomba busana muslim di SMA,ya toh ?
Waktu itu betapa anggun dan cantik dirimu dengan balutan jilbab pink, kemudian kutembak dirimu. Dan kau mengangguk dengan anggukan terindah yang pernah kulihat.
Saat pelajaran, aku ijin keluar untuk pergi ke kelasmu hanya untuk melihatmu.

Malu aku malu
Pada semut merah
Yang berbaris di dinding, memandangku curiga
Seakan penuh tanya
Sedang apa di siniiii…..
Mengintip pacar jawabku..


Pacarku, jalinan kasih kita yang telah terajut sekian lama, membuat kuyakin bahwa kaulah anugrah terindah yang diberikan padaku. Kamulah satu-satunya. Tak ingin kulepas lagi…

Kedua dalam bulan Ramadhan ini, aku tetap akan mengantar dan menjemputmu dari kampus. Hanya saja, agar tidak terlihat vulgar seperti biasanya, aku akan memakai tas ranselku di punggung agar ada sekat antara kita. Lalu janganlah kau melingkarkan tanganmu ke pinggangku seperti yang selama ini kaulakukan. Apalagi sampai mencubit perutku. Kali ini kita harus mampu menahan diri, sayang….

Ketiga, tempat gaul dan kencan akan kita ubah. Untuk bulan ini lupakan dulu Hugo’s Café. Kita akan berkencan dengan mendatangi masjid-masjid se-antero Jogja untuk sholat tarawih. Sehingga nanti kita akan bisa survey formasi tarawih yang digunakan di masjid-masjid itu. Formasi 4-4-3, 2-2-2-2-3, atau yang lain.

Keempat, hal-hal yang tidak aku tuliskan diatas akan kita bahas selanjutnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Yang pasti, aku lakukan ini demi kebaikan kita berdua dan kebaikan orang-orang di sekitar kita.

Sekian, semoga kita bisa melalui Ramadhan ini dengan baik dan terlihat baik oleh sekitar kita.

Jogja, Sya’ban 1421 H

Kasihmu

Minggu, 07 September 2008

Ramadhan dan Derita Para Ustad


Ramadhan merupakan keberkahan bagi kaum muslimin. Saling berlomba-lomba meningkatkan amal ibadah merupakan suatu keniscayaan. Majelis-majelis pengajian bermunculan. Ceramah-ceramah diadakan di masjid-masjid dan mushola. Bahkan di hotel berbintang pun diadakan sholat tarawih dan tentu saja mendatangkan penceramah yang kondang yang setidaknya wajah atau suaranya telah dikenal oleh masyarakat. Kasus hotel seperti ini bisa kita bahas seperti ini :
Pertama, dari sudut pandang sang ustad. Sang ustad berpikir bahwa hal ini merupakan bentuk pelayanan rohani hotel terhadap tamu, karyawan dan masyarakat sekitar. Dan itu tak ubahnya seperti masjid atau organisasi keagamaan yang menyelenggarakan hal yang sama.
Ah,sok tau hati orang aja !
Bukannya sok tahu. Seorang ustad setidaknya akan beranggapan seperti itu karena beliau harus mensuasanakan hatinya agar terhindar dari berburuk sangka, kan ? Diundang mau datang tapi koq su'udzan, ini kan gak baik.
Kedua, dari sudut pandang tamu dan warga sekitar. Dari orang-orang ini kita dapat pandangan penyelenggaraan seperti ini agar hotel mendapat keberkahan dari bulan Ramadhan. Datang ikut acara dan berharap tahun depan bisa diadakan acara yang sama.
Ketiga, dari sudut pandang pihak hotel, maksudnya manajemen hotel. Tentu saja acara seperti ini merupakan bentuk marketing / pemasaran agar hotel lebih dikenal. Yang namanya manajemen itu kan tugasnya memanage agar hotel lebih maju kan ?
Acara seperti ini tentu saja memerlukan budget besar. Mulai akomodasi acara, konsumsi dan transportasi untuk ustad yang standar hotel.

Berbeda 180 derajat dengan hotel. Delapan tahun lalu. Di suatu sudut kota Jogja terdapat kampung kost dengan masjid yang sederhana. Udah, pendek kata ini masjid kampung kostku dulu. Masjid pun tidak ketinggalan menyelenggarakan ceramah. Hanya saja tidak dengan fasilitas hotel tentunya. Biasanya penceramah yang datang langsung ditodong menjadi imam sholat isya', dilanjutkan ceramah terus menjadi imam sholat tarawih. Tradisi ini sudah berjalan bertahun-tahun. Dan memang tidak ada keluhan sama sekali dari para penceramah tersebut. Sampai suatu hari....
Penceramah asli tidak bisa datang dan digantikan yang lain . Kebetulan penggantinya adalah orang kenalanku, mahasiswa S-2 Filsafat dari Sumatra Barat. Sebut saja Pak An. Ah, jadi kangen sama beliau... Beliaulah yang pertama kali mengenalkan aku dengan tongseng kambing, masakan khas Jogja.
Beliau pun didapuk untuk mengimami Sholat isya'. Suaranya yang menggelegar dengan bacaan Al Qur'an yang fasih membuat sholat terasa khusyu'. Setelah itu lanjut ceramah. Tidak panjang-panjang, cuman 15 menit lah. Dilanjutkan sholat tarawih 8 rakaat dengan tiap 2 rakaat 1 kali salam dan ditutup witir 3 rakaat. Setelah sholat selesai, seperti biasa panitia pun mengucapkan terima kasih. Dulu, tidak ada uang transport untuk penceramah pengganti seperti ini. Kan cuman lokalan, pengganti lagi. Hanya saja kemudian beliau bilang kalau tadi sempat kehausan saat mengimami sholat tarawih. Kata beliau, "tolong besok kalau saya mengimami lagi, tolong disediakan air putih satu gelas, biar kerongkongan saya tidak kering". Penceramah lain tidak ada yang ngomong seperti itu. Mungkin malu kali ya. Sejak itu kami pun selalu meletakkan satu gelas air putih di mihrab imam agar imam bisa tetap segar memimpin sholat kami.

Sederhana memang. Kelihatan sebagai sesuatu yang kecil saja. Bahkan hampir tidak terpikirkan oleh kita. Tapi ini tentu saja merupakan hal yang baik yang perlu digalakkan. Memberi minum lalat saja bisa menyebabkan masuk surga. Apalagi untuk seorang penceramah dan imam sholat kita. Ustad juga manusia. Jangan dibiarkan saja kehausan sementara kita selalu merasa haus akan ilmunya.

Bayangkan yang lebih tragis lagi. Seorang kawan dari UIN Sunan Kalijaga baru saja menyelesaikan program KKN. Di desa tempat KKN-nya mengadakan sholat tarawih dengan jumlah rakaat 20 dan witir 3 rakaat. Dia didapuk menjadi imam sholat. Masjid memiliki mihrab (tempat imam) dengan ventilasi yang minim. Bahkan hampir tidak ada kecuali lubang berbentuk segitiga berukuran 10X10X10. Cuaca yang panas dan jumlah jamaah yang membludak (maklum awal-awal,semoga akhir nanti tetap sama) membuat suhu ruangan masjid semakin pengap. Keringat bercucuran. Kerongkongan kering. Berpacu dengan waktu. Dan tiba-tiba di tengah-tengah sholat dia hanya bersandar di dinding mihrab. Rupanya dia sudah hampir pingsan kehabisan oksigen.

Ini hanya untuk ustad kampung. Untuk ustad yang kondang pun sebenarnya nasibnya ga jauh beda. Cuman tidak kelihatan saja karena memang imagenya harus dibuat setegar mungkin.
Pada saat seperti ini setan dari para ustad kondang ini adalah EO atau Even Organizer. Mereka membuat acara (tentu saja cari duit) yang membuat waktu dan tenaga sang ustad benar-benar terkuras. Bahkan, di bulan Ramadhan ini ada ustad yang tiap hari loncat dari satu majelis ke majelis yang lain. Dari TV satu ke TV lain. Keluarga pun harus rela ditinggal. Sahur dan buka puasa abi tidak ada di rumah...hiks....

K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) punya cerita menarik soal ini. Pernah beliau sowan ke gurunya, seorang Kyai sepuh / dituakan. Beliau (Gus Mus) bercerita kalau beliau sering diundang kesana kemari sehingga hak keluarganya, hak santri di pesantrennya dan hak masyarakat sekitar pesantren terabaikan karena waktu dan tenaganya habis memenuhi undangan itu. Kadang undangan itu bisa sampai larut malam.Capek kan ? Terus kapan mau tafakkur, dzikir dan amalan lain. Kyai sepuh ini pun bercerita pernah mengalami hal yang sama. Akhirnya beliau menggunakan jurus ampuh agar hal ini tidak terjadi. Beliau pun memasang tarif sangat mahal untuk ukuran waktu itu. Dan akhirnya tidak ada yang berani mengundang beliau lagi. Gus Mus mengatakan " Saya belum bisa melakukan itu, maqom (tingkatan rohani) saya belum sampai. Saya masih takut dianggap mata duitan dan dijauhi umat. Sedangkan Mbah Kyai beda, yang diperhatikan hanya penilaian Allah saja. Beliau tidak mempedulikan penilaian dari manusia lagi".

___________________my diary________________________
Blank !!!...................
aku nulis ini dengan pikiran kacau. Keponakanku, si kecil Fathir sedang sakit. Masuk rumah sakit lagi. Ga tau sakit apa. Ibunya dihubungi HP-nya ga aktif. Pengin pulang Pasuruan tapi masih ada urusan di Jogja.
Banyak tetangga bilang Si Fathir ini mirip aku waktu kecil. Usianya baru 18 bulan. Memang rata-rata gitu kok. Di hadist aja ada anjuran kalau cari istri lihat juga kakak dan atau adiknya. Karena nanti anak kita akan mirip dengan paman atau bibinya. InsyaAllah hadistnya bisa dipertanggungjawabkan. Entar taktampilin aja fotonya di blog ini. Semoga cepat sembuh ya...


HAI PEMBACA !!!

JANGAN DIAM AJA, AYO IKUTAN DOAIN FATHIR !!!

Sabtu, 06 September 2008

Ramadhan Bulan Bersedekah


Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk bersedekah. Kesempatan ini tentunya tidak akan terlewatkan begitu saja bagi kaum mukminin. Pembentukan jiwa dermawan merupakan implikasi dari keberkahan dan kedamaian yang dibawa Ramadhan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang dermawan, dan kedermawanan beliau meningkat pada bulan Ramadhan. Melatih jiwa untuk bersedekah paling tepat dilakukan pada bulan ini. Keutamaan bersedekah dan pahalanya di bulan Ramadhan cukup mampu menjadi motivasi bagi kita untuk meluangkan sebagian dari harta yang ada pada kita.


Bersedekahlah walaupun sedikit dan dalam keadaan sulit.

Setelah shalat tarawih selesai, beberapa jamaah masih berada di mushola. Kotak infak yang tadi diedarkan dibuka untuk dihitung dan diambil isinya. Seorang kakek mendekat dan menyerahkan uang pecahan 5000-an. “Tolong dikasih kembalian 4000”, kata beliau.
“Yang 4000 itu masih untuk 4 hari besok”,lanjutnya. Bendahara yang tadi menghitung uang bengong sebentar, kemudian berkata, “Kenapa ga semuanya aja, kan sama saja jadi 5000 nantinya kan ?”. “gak, pokoknya 4000 itu untuk sampai 4 hari besok”,Si kakek menyahut.

Asyik juga melihat adegan seperti ini. Si kakek berbuat seperti itu karena menginginkan sebuah kontinuitas amalan. Dalam bahasa agama disebut istiqomah. Hati si kakek akan lebih tenteram jika ada sedekah yang dia lakukan secara berkelanjutan daripada hari ini memberi banyak, besok tidak memberi. Walaupun jika ditotal pun jumlah nominalnya sama. Ada rasa yang hilang jika tidak berbuat seperti yang biasa diperbuat.

Dalam melakukan sebuah amalan jangan hanya diukur dari nominal dan perhitungan pahala saja. Efek dari sebuah amalan itulah yang harus juga dicari. Ketentraman dan kedamaian jiwa karena mampu berbuat kebaikan.


Beramal sedikit tapi mampu istiqomah / ajeg jauh lebih baik daripada beramal banyak tapi tidak ada kelanjutan.


Ramadhan merupakan bulan bagi kita untuk melatih kita untuk beristiqomah. Istiqomah atau tidak bisa kita lihat nanti setelah Ramadhan berlalu. Jika kita merasa ada yang hilang dan hati terasa kurang tentram karena ada amalan yang tidak dilakukan, maka itulah bibit istiqomah.

Kata orang bijak, "istiqomah itu jauh lebih baik dari 1000 karomah".






_____________________my mind_______________________


Semakin mendekati pertengahan Ramadhan, kurasakan gaya bahasa tulisanku sedikit berubah. Biasanya penuh dengan guyonan, sekarang terasa lebih dewasa.Atau aku hanya GR saja ya ?
Yang pasti, berusaha menangkap hikmah dari suatu peristiwa itulah yang sedang aku coba lakukan. Ratusan peristiwa setiap harinya tidak terjadi kecuali bisa diambil renungan dan hikmah di baliknya. Berusaha…dan berusaha lagi. Mencoba dan mencoba lagi. Sukses adalah milik saya. Salam sukses, luar biasa..!!!
( he….he…..itu kan kata-katanya Andrie Wongso ya ?…)

Jumat, 05 September 2008

Ramadhan Bulan Tazkiyah



Tazkiyah adalah proses penyucian / pembersihan. Jika disebutkan tazkiyatun nufus berarti pembersihan jiwa. Tentunya merupakan proses agar jiwa kita terbebas dari penyakit-penyakit hati atau kejiwaan.

Ramadhan selalu dimaknai sebagai bulan tazkiyah. Bulan dimana kaum beriman berlomba-lomba untuk mensucikan jiwa agar kembali menjadi jiwa yang fitrah pada kesudahannya. Tentu saja hal ini membutuhkan proses yang jelas berasal dari Dzat Yang Maha Suci yang telah dicontohkan oleh hamba pilihannya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam. Lain dari cara itu, berarti sama saja membersihkan piring yang kotor dengan air kencing. Mungkin saja piring bersih (keliatannya…), tapi jelas sekali kesuciannya telah ternoda (baca : jadi najis).
“ Kesuciannya telah ternoda”,……. gaya bahasa apa ini ?!?
Kata yang sering muncul di novel XXX… he..he…STOP !!!
Bersihkan jiwa dan pikiran dari berpikir kotor !
Lanjuuuuut…….

Tentu saja manusia selalu mempunyai perlambangan terhadap sesuatu yang sifatnya abstrak. Kejahatan selalu dilambangkan dengan warna hitam. Suci dilambangkan dengan warna putih. Berani warna merah. Janda warna ungu. Janda ?!? Ungu ?!?
Janda kembang ? Don’t think dirty, beibe !

Pun begitu dengan Ramadhan sebagai bulan pembersihan jiwa. Bagi masyarakat Jawa (Jogja dan sekitarnya), terdapat prosesi yang harus dilakukan menjelang datangnya bulan ini. Prosesi ini biasa disebut padusan atau kungkum. Sebuah prosesi yang melambangkan pembersihan diri sebelum memasuki Ramadhan yang suci. Pemandian alam, pantai, sendang, sungai atau bahkan kolam renang penuh oleh orang yang ingin mandi membersihkan diri menyambut Ramadhan. Biasanya ini terjadi pada H-1 Ramadhan. Pria wanita, tua muda, anak dewasa, gadis jejaka bercampur baur untuk mandi bersama. Baju dilepas terus byuur…mandi bareng deh.
Lho..lho…koq gitu sih ?
Campur ?!? ho..oh.
Apa ga terjadi apa-apa ?
Gak lah, pikiran mereka kan gak kotor kayak pikiranmu..he..he…kebaca tuh isi kepalamu

Begitulah tradisi yang ada yang tak tahu sejak kapan bermulanya. Yang pasti tradisi ini tidak pernah diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, orang yang paling menghormati bulan suci Ramadhan dari awal syariat turun hingga dicabutnya syariat (kiamat).

Tradisi padusan telah menyalahi aturan yang telah ditentukan syariat. Yang pertama dan utama adalah karena tradisi itu mengindikasikan ada syariat seperti itu. Tidakkah cukup berpijak pada syariat yang ada dan tidak perlu menambah-nambah syariat yang hanya akan menjadi perbuatan sia-sia berdosa ? Kedua tentu saja bercampurnya laki dan perempuan seperti itu jelas-jelas merupakan perbuatan maksiat.

Lain lagi jika mandi bareng istri, ini dibolehkan bahkan dicontohkan Rasulullah shalallahu alahi wasallam. Mandi bersama seperti ini membuat hubungan suami istri semakin mesra. Apalagi jika airnya hangat di musim hujan yang dingin. Didahului dengan gurauan, cubitan dan saling mencipratkan air ke pasangan masing-masing. Saling menggosok punggung atau bagian tubuh lain dengan sabun. Nikmatnya ..…aaaah…..!
?????.............…………..
…………?????…………..
.............................?????
Wuuaaaaaa….aah…!
Maaaa……aaak !!
Aku pengin kawin….

_____________________my diary_______________________
Ternyata aku baru tahu kalau proses casting film itu ternyata melelahkan. Pertama peserta difoto. Fotonya kayak tersangka kriminal. Sambil bawa tulisan berisi nama dan nomor HP, berekspresi senatural mungkin di depan kamera. Dari sini Fotografer bisa tahu karakter apa yang cocok buat dia. Kedua masuk ruangan dan berakting sesuai dengan skrip yang telah diperoleh. Co-sutradara menceritakan watak tokoh, kondisi dan situasi adegan kemudian kita langsung "action". Selanjutnya hasil dari foto dan rekaman akting kita masih akan diseleksi lagi langsung oleh sang sutradara.
Mungkin dari semua peserta casting, hanya aku yang baru pertama ikut casting seperti ini. Lha wong tampil depan kamera cuman di video pernikahan aja. Itu pun cuman figuran, numpang lewat sambil bawa piring muter cari makanan prasmanan. Dari wajah, gaya dan penampilan peserta lain bisa kulihat kalau mereka adalah artis-artis muda Jogja dari agency-agency dan grup teater terkenal. Muda-muda dan cakep-cakep
Sedangkan aku ??? ha...ha...pertama datang latihan (diajak temen yg baru kenal sekali ) saja, aku merasa ditipu. Tapi kepalang tanggung...sekalian aja lagi. Terlanjur basah, mandi sekalian.
Buktinya, aktingku (kata instruktur) lumayan bagus untuk pemula. Cuman kurang influence aja. Katanya,"kalau bisa cari istri yang pinter akting". "ha....ha...ha...Dian Sastro nih", kataku iseng. "Ya, ga apa-apa. Entar takkenalin", kata dia. Ups....ternyata instruktur ini kenal toh sama Dian Sastro. Dia kayaknya pernah nanganin filmnya Dian. Waaah, gak nyangka deh...suit...suiiiit
BTW, film yg akan disutradarai Eros Djarot ini rencananya akan dibintangi Marcella Zalianty, Slamet Rahardjo (kakaknya Eros Djarot), Dwi Sasono, Tio Pakusadewo dan talent-talent berbakat dari Jogja sekitarnya. Setting Klaten tahun 1965 pasca G 30 S/PKI.
Kebetulan kemarin skrip film itu kubaca dan kubolak-balik. Tebalnya 3 X naskah skripsiku.
Pada lampiran belakang ada tabel yang njelimet. Bagiku lebih mudah mencari determinan matrik ordo-8 daripada memahami tabel itu. Secara garis besar aku tahu ceritanya.
Tapi aku ga bisa cerita soalnya nanti ga bisa jadi kejutan. Lagian......................

NGAPAIN AKU CERITA-CERITA KALO AKU MASIH BELUM PASTI IKUT DI DALAMNYA..!!!...hiks...

Ramadhan dan Semangat Ibadah


Ramadhan benar-benar merupakan keberkahan iman bagi kaum muslimin. Lihat saja bagaimana masjid dan musholla penuh oleh jamaah. Bahkan karena tidak muat, jamaahnya sampai meluber ke jalan-jalan. Yang lebih mengejutkan lagi, tempat-tempat yang bukan tempat sholat pun disulap menjadi tempat untuk sholat tarawih. Baca Republika hari Jum’at , 5 September 2008. Suporter sepakbola Persija, Jackmania yang akan mengadakan sholat tarawih di Senayan. Woooiii….lapangan sepak bola pun dijadikan tempat sholat.

Masjid kampung kostku, masjid kecil berdimensi 8 X 8 X 3 meter kubik. Shaf / barisan sholat yang biasanya maksimum 8 shaf berubah menjadi 9 shaf. Jadi jarak antar shaf menjadi lebih pendek. Akibatnya, dengan jarak yang sempit itu jamaah harus ekstra hati-hati agar tidak berbenturan dengan orang di depannya dan atau belakangnya. Yang berada di shaf terdepan paling cuma merasa berdosa karena berkali-kali bokongnya menyentuh kepala orang dan menjatuhkan kopiahnya. Yang dapat shaf belakang merasa terdzalimi karena berkali-kali wajahnya terbentur bokong orang di depannya. Dan yang di tengah selalu serba salah, terdzalimi dari depan dan merasa berdosa dari yang di belakang.

Semangat beribadah di bulan Ramadhan memang luar biasa. Masih ingatkah sebuah iklan di salah satu TV swasta dimana seorang wanita sibuk membongkar lemari bajunya untuk mencari mukenah. Tayangan itu kemudian menampilkan tulisan “haruskah hanya di bulan Ramadhan ?”. Pernah kutemui seorang kakek yang hafal Al Fatihah hanya di bulan Ramadhan. Lainnya tidak. Kenapa ? karena emang gak digunakan.

Orang-orang seperti ini ternyata bukan orang yang bodoh. Mereka merupakan orang yang “pintar” terutama dalam hal ilmu berhitung. Disebutkan pada sebuah hadist bahwa pahala satu kali shalat fardhu di bulan Ramadhan sama dengan tujuh puluh kali di luar Ramadhan. Jadi hitungannya, cukup sholat di bulan Ramadhan saja bisa menggantikan sholat di bulan lainnya. Bahkan, kalau dihitung beneran malah ada sisanya. Jadi pahala sholatnya masih surplus selama setahun. Tapi faktanya hadist tersebut bukanlah hadist yang kuat sebagai landasan. Andaikata hadist itu pun hadist shahih, tetap saja cara berpikir “pintar” seperti itu merupakan bentuk kedurhakaan terhadap pembuat syariat dan pahala yaitu Allah Azza Wajalla.

Terlepas dari orang-orang semacam itu, Ramadhan memang merupakan waktu dimana semangat beribadah kaum muslimin sedang berpacu. Masjid-masjid penuh dengan hidangan berbuka bagi jamaah. Bahkan sampai tersisa. Acara buka bersama dan sholat tarawih dilaksanakan di kantor-kantor, instansi bahkan di hotel berbintang.
Maghrib masih satu jam lagi, sekelompok orang sedang nongkrong sambil merokok dan kadang tertawa terbahak-bahak di sudut sebuah kantor pemerintahan. Setelah didekati ternyata mereka adalah pegawai yang sedang menunggu acara buka bersama yang diadakan kantor tempat mereka bekerja.

Maaf sekali tulisannya seperti ini. Sebuah kenyataan yang merupakan ironi dari bulan yang agung, bulan Ramadhan. Tapi tetap saja. Ramadhan tetap agung. Ramadhan tetap suci. Ramadhan tetap mulia walaupun banyak orang menyia-nyiakannya.

_____________________________________________________________________
Memasuki hari ke-5 bulan Ramadhan tahun ini, seharusnya ada 5 artikel yang terposting di sini. Karena emang targetnya setiap 1 hari 1 artikel baru. Tapi karena ada satu hari yang hilang, maka kemungkinan ada yang satu hari aku posting 2 artikel. Yang penting entar kalo Ramadhan tahun ini 30 hari, ya ada 30 artikel.
Ide sih bisa datang darimana saja. Tadi naik sepeda ke warnet aja dapat banyak ide. Tinggal dirangkai aja biar jadi kalimat-kalimat indah.

Kamis, 04 September 2008

Ramadhan dan Syahwat Duniawi


Syahwat merupakan suatu bentuk keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 14 disebutkan syahwat itu berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak berupa emas dan perak, kuda pilihan (kendaraan), binatang ternak dan sawah ladang.

Ramadhan harusnya merupakan saat yang yang tepat untuk mengendalikan syahwat duniawi kita. Amalan-amalan yang banyak di bulan ini setidaknya mampu menekan syahwat kita. Ironisnya justru pada bulan ini syahwat kita malah diumbar secara terang-terangan. Masak sih ? apa buktinya ?

Syahwat makan :
Di luar Ramadhan kita jarang mengkonsumsi kurma, kolak, koktail, timun suri, blewah dan lain-lain makanan khas Ramadhan. Tapi coba lihat pada sore hari pada bulan ini. Di pinggir-pinggir jalan beterbaran pedagang-pedagang tiban menjual makanan-makanan tersebut. Di sekitar kampus UGM tercinta tiap sore muncul cewek-cewek cantik dengan dandanan menor dan busana seksi, keluar dari mobil-mobil mewah hanya untuk menjajakan koktail/es buah , kolak dan makanan pembuka puasa lain. Makanan dan minuman yang tidak pernah kita konsumsi di luar Ramadhan justru melimpah ruah dan membuat budget konsumsi kita bertambah. Padahal, apa yang dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berbuka dengan kurma cukup menjadi renungan tentang kesederhanaan bagi kita. Kurma merupakan makanan yang paling sederhana yang bisa dikonsumsi masyarakat Arab pada waktu itu. Artinya dengan memakan kurma mengindikasikan kesederhanaan dalam hal makanan. Kenyataan yang ada sekarang, kurma yang merupakan makanan impor telah didatangkan yang tentu saja berubah dari makanan sederhana di Arab sana menjadi makanan mewah di bumi Indonesia tercinta.
Berapa harga satu kilogram kurma Mesir ? Sekitar Rp.20.000,-
Bandingkan dengan makanan asli Indonesia dan lambang kesederhanaan kita
Berapa harga satu kilogram singkong ? Sekitar Rp. 800,-
Berapa harga satu tandan pisang mas ? Sekitar Rp. 5000,- dengan 80 buah pisang.

Syahwat perhiasan :
Kapankah toko-toko emas itu mengalami jumlah pengunjung terbanyak ?
Pada bulan Ramadhan.
Berjubel orang berkerumun di toko perhiasan untuk membeli perhiasan terbaik yang bisa digunakan dan dipamerkan pada Hari Raya Idul Fitri.
Eiit itu dia…kan syahwatnya untuk Idul Fitri bukan Ramadhan ?
Bukan. Perhiasannya memang untuk Idul Fitri, tapi tetap saja syahwatnya muncul pas Ramadhan kan ? Hati seolah tergelitik, geli dan panas untuk berlomba memiliki perhiasan baru nan mewah. Itulah syahwat yang sulit terbendung di bulan suci Ramadhan.

Syahwat kendaraan :
Kapankah saat yang tepat untuk berganti atau membeli kendaraan baru ?
Betul, pas bulan Ramadhan. Hati tergelitik dan tergoda untuk berganti/memiliki kendaraan yang bisa dipamerkan ketika silaturahmi ke saudara-saudara atau kenalan pada waktu Idul Fitri.

Syahwat wanita :
Kapankah saat yang tepat berganti / bertambah istri ?
Hussss…..sorry. Bukan itu lagi pertanyaannya ! Sorry, terutama bagi pembaca wanita,..sorry !!
Kata kawan yang sudah menikah….sssst….ini rahasia….
Wanita akan terlihat lebih cantik ketika puasa.
Daya tarik wanita justru keluar saat puasa
Ah….masak sih…???
Yang bener aja…!!
Iyo opooo…?!?
…………………….
Uuuh…sial….siaaaal….!!!
Kenapa operator warnetnya hari ini terlihat lebih cantik ya…?!?

__________________________________________________________________

Sebenarnya pengin lebih panjang nulis ini. Tapi berhubung capek banget tadi siang casting film, jadi taksingkat aja ya…
Sebenarnya pertama dapet peran orang baik. Tapi kemudian diarahkan jadi orang licik dan oportunis banget. Mungkin co-directornya tahu aku berbakat kali ya, jadi dikasih peran watak antagonis begitu...ha...ha....
Seleksi selanjutnya langsung oleh director Eros Djarot. Kalau lolos, berarti jadi pengalaman pertama maen film. Kalo ga lolos berarti jadi pengalaman pertama casting film.

Rabu, 03 September 2008

Ramadhan Bulan Kesabaran


Ramadhan adalah bulan dimana kaum muslimin diuji kesabarannya. Sebenarnya di bulan-bulan yang lain pun kesabaran manusia diuji. Hanya saja ada tantangan lebih berat pada bulan Ramadhan. Lapar yang diakibatkan puasa seharian membuat orang cepat marah, tergesa-gesa dan serampangan dalam bertindak. Maka bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk latihan kesabaran ini. Jika pada bulan ini kita mampu sabar, maka di bulan-bulan lainnya kita akan lebih mudah lagi untuk melakukannya.

Tingkatan kesabaran seseorang tentu berbeda-beda satu orang dengan yang lainnya. Seorang di pucuk gunung, yang jarang berinteraksi dengan orang lain dan tidak pernah marah kepada yang lain belum bisa dikatakan lebih baik daripada orang yang hidup di kota dengan sejumlah karakter orang disekitarnya dan segala permasalahannya dan dia mampu untuk sedikit bersabar.

Mahasiswa yang juga anak kost, pada bulan ini juga dituntut untuk lebih sabar dalam setiap tindakan sehari-harinya. Berikut variabel kesabaran yang diperlukan sebagai seorang mahasiswa dan anak kost :

03.00-05.00
-Bangun untuk makan sahur, shalat subuh berjamaah

Cari warung makan yang buka pas sahur, bersabar karena menu yang disediakan semuanya pedas, harus legowo melihat wajah Zaskia Mecca di Para Pencari Tuhan Jilid 2 goyang-goyang dan kepyur karena sinyal SCTV jelek banget, pas shalat subuh harus sabar menahan kantuk karena imam membaca surat yang panjang, ba’da shalat harus sabar mendengar kultum subuh yang lebih dari 7 menit dan materinya ngelantur kemana-mana. Untungnya pas ini bisa tidur sambil duduk bersila menunduk pura-pura mendengar dengan takzim

05.00-06.30
-Tidur pagi, persiapan berangkat ke kampus

Tidur pembalasan gak bisa nyenyak karena anak-anak tetangga malah main petak umpet pagi hari. Suara mereka merusak ketenangan pagi. Bangun tidur, mau mandi, air di bak mandi habis. Sabar, sabar menunggu kran air mengisi penuh kembali.

07.00-08.30
-Di kampus, ada kuliah pagi

Sambil menahan kantuk mengikuti kuliah pagi materi Fisika Kuantum yang telah diulang selama 3 tahun..hiks..

09.00-10.00
-Menghadap Dosen Pengampu Skripsi
Harus rela melihat hasil ketikan selama 4 jam tadi malam dicoret-coret karena banyak kesalahan (versi dosen…)

10.00-10.30
-Di taman kampus

Kepala cenut-cenut lihat rancangan skripsi dibantai, ikut nongkrong di taman, ternyata isinya mahasiswa baru semua. Yang seangkatan udah pada lulus atau bertapa di kost malas ke kampus. Di taman harus sabar karena obrolan yang pada nongkrong mengarah ke gunjing teman, dosen dan nggosipin artis. Kuping jadi ikut panas…

10.30-12.30
-Di musholla kampus

Tidur aja daripada denger orang ngegosip ria. Tidurnya orang puasa adalah ibadah. Walau tahu hadistnya secara sanad ga bisa dipertanggungjawabkan, dalam keadaan seperti ini mungkin jadi benar juga he..he..
Masih belum melek bener, adzan dhuhur berkumandang. Shalat yuuk..dapet shaf depan karena belum adzan udah stand by di musholla (kan tidur tadi..). Mau cepet-cepet pergi setelah shalat ga bisa karena shaf di belakang masih belum ada yang pergi. Jadi tertahan, padahal jam 12.30 ada kuliah..

12.30-14.00
-Kampus, kuliah siang
Ada kuliah siang. Sebenernya mata kuliah pilihan sih,cuman rugi kalo ga diambil. Kan bisa dongkrak nilai IPK nantinya kalo entar dapat nilai A. Maklum IPK belum standar..

14.00-17.00
-Jalan menuju kost dan di kost

Jogja panas penuh polusi. Sambil mengayuh sepeda buntut menghindari kendaraan besar lain dan knalpot bis yang kayak cerobong pabrik gula. Motor-motor juga pada ugal-ugalan.
Jaman udah beda. Sepeda angin di Jogja sudah dipinggirkan. Yang dulu naik sepeda sekarang pake motor. Yang dulu pake motor sekarang masih pake motor. Yang dulu pake mobil sekarang pake motor. Jadi Jogja sekarang full motor. Katanya terbanyak kedua sedunia setelah Shanghai.
Shalat ashar ; masih capek tapi harus dijalankan berjamaah di masjid

17.30
-ke masjid kampus

Cari buka puasa gratisan di Masjid Kampus. Karena udah menjelang saat berbuka, sepeda dikayuh cepat. Eh,ternyata yang lain juga pada nambah kecepatan. Ga tahu ya..mungkin waktu yang sulit untuk sabar bagi orang yang berpuasa mungkin pas menjelang maghrib ini. Di lampu merah, kendaraan rame-rame membunyikan klakson ke kendaraan depannya karena lampu hijau telah menyala. Yang ga punya klakson keren ya teriak-teriak aja menggunakan mulutnya yang udah kering dan bau karena ga ada isi seharian.

19.00-20.30
-Shalat Isya’ dan Tarawih
Perut yang sudah terisi menjadikan diri sok bijaksana. Calm down. ..
Harus sabar di belakang imam yang bacaannya ga metcing blas. Makhraj dan tajwidnya kacau.
Menunggu shalat tarawih ada ceramah. Materinya kadang ngalor ngidul. Karena itu kadang panitia sebelumnya sudah meminta penceramah untuk menyajikan tema yang telah ditetapkan panitia.
Sebenarnya ketika ceramah, kotak infak diedarkan. Jadi yang terjadi sebenarnya “sabar mendengar ceramah sambil menunggu kotak infak selesai berputar”

21.00-24.00
-Di kost

Rancangan skripsi yang siang tadi "dibantai " dosen dibuka lagi. Coretan dan catatan dosen yang kayak cakaran ayam dipelototi lagi. File di computer diedit kembali. Referensi yang kurang , segera lari ke Warnet. Referensi sudah didapat, timbul bisikan setan. Buka history, ternyata berisi situs-situs hot dan porno. Ada godaan tuk membuka, tapi inikan bulan puasa.
Sabar dong…!
Tapi kan puasanya udah lewat tadi siang…
Ah,gimana nih…
Tiba-tiba , muncul peringatan dari server di monitor “Anda telah menghabiskan waktu 1 jam dan biayanya Rp.2000,- “
Segera meluncur pulang dengan senyum terkembang. “Aku berhasil kali ini untuk tidak membuka situs XXX....ha....ha..”
Lewat Lembah UGM, ternyata banyak pasangan muda-mudi berpacaran.
Astaghfirullah…godaan lagi
Mana gaya pacarannya udah ga enak dilihat.
Ambil batu, dilempar aja apa ya..?
Sabar…sabar….

24.00-03.00
-Istirahat tidur

Mau tidur ternyata di kasur sudah mendengkur Si Nyut-Nyut, kucing milik temen kost. Kayake dia masuk lewat jendela. Demi mengingat kejadian seharian ini, darahku jadi naik. Kuambil koran, kugulung dan akhirnya kuhantamkan ke kucing malang itu. Meeeooowww..!
Kesabaranku ternoda juga...
Dan akhirnya aku pun bisa tidur tuk hadapi esok hari

_____________________________________________________________________
Sebenarnya artikel ini rencananya kemarin kuposting. Tapi karena kemarin siang kecapekan karena harus latihan casting filmnya Eros Djarot, jadi sorenya habis ashar tidur aja. Pas buka puasa langsung minum es buah. Habis Tarawih kepala langsung pusing. Jadi tidur aja lagi....
Oh,ya..aku harus fokus latihan kalau sutradaranya terkenal kayak Eros Djarot. Orangnya perfeksionis. Selama hidupnya baru bikin layar lebar 1 yaitu Cut Nya Dien yang maen Cristine Hakim. Jadi kalo mau dilibatkan dalam filmnya ya harus orang yang bener-bener mampu. Film keduanya rencananya pemeran utamanya Marcella Zalianty. Lumayan kan kalo satu frame dengan dia he...he...(sabar Ko...sabar, ga boleh berpikir jorok...)

Senin, 01 September 2008

Ramadhan Jangan Dibagi-Bagi



Marhaban yaa..Ramadhan

Syahrul barokah



Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan penuh kegembiraan, keberkahan, ampunan dan segala kebaikan.Di bulan inilah semangat beragama kaum muslimin terpacu. Masjid dan musholla penuh. Bahkan jamaahnya meluber hingga harus mengorbankan emperan masjid atau bahkan sampai jalan umum pun ditutup selama dilangsungkannya shalat tarawih. Pondok pesantren yang telah sepi karena ditinggal santrinya (karena liburan akhirus sannah/akhir tahun ajaran) menjadi ramai kembali karena ada program pesantren kilat dengan bekerjasama dengan sekolah-sekolah, kampus, atau instansi pemerintah dan swasta yang tertarik untuk menyantrikan karyawannya.

Dan tentu saja tiap-tiap masjid di kampong pun berlomba-lomba membuat acara penunjang amalan Ramadhan. Pengajian Ramadhan, kultum menjelang Tarawih dan setelah shalat subuh, dan lain-lain. Efek dari kegiatan yang banyak ini tentu saja stok pengisi acara menjadi berkurang. Jumlah kyai dan ustad yang ada tidak sebanding dengan jumlah kegiatan. Hasilnya, muncullah yang disebut ustad/penceramah karbitan. Ditraining (atau bahkan nontraining) selama seminggu kemudian berani tampil di depan mimbar dan menyampaikan ceramah.Jika saja yang disampaikan benar-benar benar tidak apa-apa, tapi jika banyak yang salah maka akan timbul kesalahkaprahan pada umat. Tapi berhubung ada kaidah “tidak ada rotan akar pun jadi” dan “kebenaran itu relatif”, maka hal tersebut sementara bisa dimaklumi.
Pada awal-awal Ramadhan seperti ini akan banyak penceramah di masjid, mushollah, di media cetak dan media elektronik (TV) mengungkapkan materi seperti ini :

“Bulan Ramadhan dibagi tiga. Sepuluh hari pertama adalah rahmat. Sepuluh hari kedua adalah ampunan(maghfirah). Dan sepuluh hari terakhir adalah kebebasan dari api neraka….”

Subhanallah wa astaghfirullah !!! Kenapa Ramadhan harus dibagi-bagi, Pak Lik ?!?

Kita dengar para penceramah itu akan berdalih itu adalah hadist Rasulullah shalallahu alaihi wasalam. Tapi apa iya ?

Hadist itu sangat-sangat popular di masyarakat. Sayangnya hadist tersebut termasuk hadist dhaif atau lemah dari segi periwayatan. Tidak bisa dibuat landasan untuk membagi-bagi Ramadhan. Lebih jelasnya baca buku Hadist-hadist Bermasalah karangan K.H. Mustafa Ya’kub yang disebut sebagai ahli hadistnya Indonesia.
Secara matan atau kandungan isi, juga perlu dipertanyakan.Yang disebut rahmat Allah termasuk meliputi ampunan dan pembebasan dari neraka.


Bukankah manusia tidak akan mendapat pengampunan kecuali dengan rahmat Allah ?
Bukankah manusia tidak masuk surga kecuali dengan rahmat-Nya ?
Bukankah manusia tidak bebas dari neraka kecuali dengan rahmat-Nya ?
Jadi apa yang disebut rahmat pada hadist di atas ?

Jadi kesimpulannya kita tidak perlu membagi-bagi Ramadhan seperti itu. Ramadhan adalah setiap harinya penuh rahmat Allah. Baik ampunan dosa, pembebasan dari neraka, keberkahan hidup dan segala bentuk kebaikan. Ampunan dosa dan pembebasan dari neraka akan diberikan Allah kepada setiap mukmin yang memintanya. Dan tentu saja semua bisa terjadi karena kehendak-Nya. Dan itu tidak perlu menunggu terjadi pada sepuluh hari-hari pembagian tersebut. Bagi Allah semua bisa terjadi kapan saja. Kun Fayakun…
Efek yang terjadi di masyarakat adalah umat terpatok pada hari-hari pembagian. Sehingga pendosa akan malas dan menunggu sepuluh hari kedua untuk menunggu ampunan dosa tuk bertaubat. Atau juga para pendosa menjadi berputus asa karena taubatnya terjadi pas sepuluh hari terakhir dimana ampunan sudah lewat dan tersisa adalah kebebasan dari neraka. Secara logika, jika belum dapat ampunan dosa, layakkah terbebas dari neraka ?

____________________________________________________________________


Sebenarnya ingin sekali aku menulis selama Ramadhan ini. Entar aku simpan di label khusus tentang Ramadhan. Setiap hari satu tulisan. Jika sebulan Ramadhan kali ini 30 hari maka akan ada 30 tulisan. Semoga saja entar jadwal syutingnya ga pas Ramadhan (sok udah dapat peran aja..he..he..) Semoga Allah memberikan keberkahan waktu sehingga Ramadhan tahun ini aku bisa lebih produktif…amiin..