Rabu, 16 Juli 2008

Matematikawan Pesimis Cinta

Kutipan surat cinta ahli matematika yang pesimis menggapai cintanya :

Untuk … tersayang
Tiga minggu yang lalu…
Untuk pertama kalinya kulihat kau berdiri tegak lurus lantai
Kulihat alismu yang berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 4 cm
Saat itulah kurasakan sesuatu yang lain dari padamu
Kurasakan cinta yang rumit bagaikan invers matriks berordo 5×5
Satu minggu kemudian aku bertemu kau kembali…
Kurasakan cintaku bertambah,
bagaikan deret divergen yang mendekati tak hingga
Limit cintaku bagaikan limit tak hingga
Dan aku semakin yakin,
hukum cinta kita bagaikanhukum kekekalan trigonometri sin2+cos2 = 1
Kurasakan dunia yang bagaikan kubus ini menjadi milik kita berdua
Dari titik sudut yang berseberangan,
kau dan aku bertemu di perpotongan diagonal ruang
Semakin hari kurasakan cintaku padamu
bagaikan grafik fungsi selalu naik yang tidak memiliki nilai ekstrim.
Hanya ada titik belok horizontal yang akan selalu naik
Kurasakan pula kasihku padamu......
bagaikan grafik tangen (90o < x < 270o)
Namun aku bimbang…
Kau bagaikan asimtot yang sulit bahkan tidak mungkin kucapai
Aku bingung bagaikan memecahkan soal sistem persamaan linear
yang mempunyai seribu variabel dan hanya ada 100 persamaan
Bahkan ekspansi baris kolom maupun Gauss Jordan pun....
tak dapatmemecahkannya.

Bukannya melecehkan orang matematik ya...
Cuman menurut Prof. Muslim,Phd........
Matematika dan Fisika itu tak bisa dipisahkan.
Bagai bunga dan tangkainya, rokok dan asbaknya dll.
Jadi kita tau gimana rasanya jadi seorang Matematikawan

Seperti biasa..
Jika memuaskan kabarkan ke kenalan Anda.
Jika tidak tunggu kabar selanjutnya

2 komentar:

Iffatun Nisa mengatakan...

Wah aku gak ngerti bahasa matematika sing tak ngerti ya cuman Inggris aj. Tapi bagus kq kembangkan terus ya n tak tunggu kulinernya

Anonim mengatakan...

Kadang memang cinta membingungkan karena cinta itu buta. Kita tidak tahu dimana ia akan tumbuh dan bersemi. Namun alangkah bahagianya orang yang bisa merasakan cinta tanpa dipaksa orang lain. Alangkah bahagiamya mereka yang bisa memilih pasangan hidup tanpa harus menjadi siti nurbaya.Alangkah bahagianya mereka bila bisa bersanding dengan sang pujaan hati di pelaminan. Kadang senyum ibu kita adalah tangis kita. Namun senyum beliau sangatlah mahal harganya, maka kita haruslah merelakan diri kita demi beliau.
Terus menulis ya. Bagus koq tulisannya:)