Jumat, 12 September 2008

Ramadhan dan Konser Para Artis


Ramadhan selalu menghadirkan kesan susah, panas, sengsara dan tersiksa. Karena memang pada bulan ini kaum muslimin sedang menjalankan ibadah puasa. Terlihat lemas, kuyu, dan kurang bersemangat. Tapi apakah harus seperti itu ?

Yang jelas setiap amalan ibadah selalu menghadirkan tiga macam manusia. Pertama adalah penikmat, untuk orang seperti ini, mereka melakukan ibadah dengan penuh kenikmatan, kegembiraan dan kebahagiaan yang sulit dipahami oleh orang yang belum sampai tahapan maqom (kedudukan rohani ) seperti ini. Tentu saja hal ini bisa terjadi karena ada mujahadah (latihan) dan pengorbanan, sehingga sesuatu yang dianggap berat oleh orang lain, baginya hanya biasa saja.


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah melakukan sholat malam yang menyebabkan kaki beliau bengkak-bengkak karena terlalu lama berdiri dalam sholat. Istri beliau, Aisyah r.ha sampai menangis dan bertanya mengapa beliau melakukan hal itu padahal beliau adalah orang yang dijamin terjaga dari perbuatan dosa (maksum). Beliau shalallahu alaihi wasallam mengatakan “ Apakah tidak pantas aku menjadi hamba yang bersyukur ?”


Tentu banyak pula dari orang-orang kemudian yang berusaha mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Andai berita-berita tentang mereka sampai pada kita, janganlah kita beranggapan bahwa mereka melakukan hal itu secara tiba-tiba bisa. Mereka telah melakukan latihan dan mujahadah yang bisa jadi berlangsung dalam waktu yang lama. Pengalaman rohani mereka yang ditempa dalam waktu lama telah membentuk jiwa mereka menjadi penikmat ibadah.


Macam manusia kedua adalah pelaksana, untuk orang seperti ini , mereka melakukan ibadah untuk menggugurkan kewajiban saja. Asal kewajiban bisa dilaksanakan, itu sudah cukup. Orang seperti ini ada kalanya menganggap ibadah sebagai sebuah kenikmatan, tapi kadang sebaliknya menjadi sebuah beban yang berat.


Macam manusia ketiga adalah pengingkar, untuk orang seperti ini, mereka beranggapan ibadah hanya membuang-buang waktu saja. Ibadah dianggap sebagai pekerjaan orang-orang yang malas berusaha untuk hidup di dunia ini.


Tentu saja tidak selamanya setiap orang berada pada satu kelompok manusia di atas. Hidayah Allah swt bisa menjadikan banyak orang yang dulunya pengingkar ibadah berubah menjadi penikmat ibadah. Sebaliknya kehendak Allah jua lah yang membuat seorang yang dulunya penikmat ibadah menjadi pendurhaka. Naudzubillahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.


Kembali pada persoalan tadi. Karena banyak yang beranggapan puasa itu sengsara dan merana, maka banyak orang berinisiatif membuat puasa menjadi lebih indah dinikmati. Maksudnya lebih indah di sini tentu saja agar puasa jadi tidak terasa berat karena aktivitas yang mereka anggap sebagai hiburan bagi orang-orang yang sedang berpuasa. Maka muncullah istilah “ngabuburit”, istilah yang menunjukkan aktivitas kumpul-kumpul / nongkrong sambil menantikan saat maghrib tiba. Bukan hanya sekedar kumpul, karena tidak lengkap kumpul kalau tidak ada musik. Kemudian muncullah istilah Konser Ramadhan, Safari Ramadhan Bersama Grup Band INI-ITU dan lain-lain istilah.


Karena pada hari biasa (luar Ramadhan) mereka terkesan sekuler, maka bergantilah penampilan mereka. Memakai baju koko, tentu saja harus modis, kalau perlu bisa jadi trendsetter. Kalau sempet bikin album, akan dinamakan album religi, nasyid rock, dangdut dakwah, goyang Ramadhan dan sebagainya.


Lokasi konser yang biasanya di stadion dipindahkan lebih dekat ke masjid. Maksudnya agar kesan religiusnya bisa kena karena background yang digunakan adalah masjid. Penampilan di panggung pun dibuat sedimikian rupa seolah sedang berdoa atau bersembahyang menghadap Sang Pencipta. Padahal, berapa banyak orang yang sungguh-sungguh beribadah di masjid itu yang merasa terganggu oleh kebisingan acara itu.


Kamuflase pun dilakukan.


Konferensi pers.

Wartawan : “ Apa tujuan konser Anda kali ini ?”


Band INI-ITU : “Kami bertujuan baik. Agar orang-orang mau menghayati dirinya sebagai hamba Allah swt, dengan mendengarkan syair-syair kami. Berapa banyak orang yang meneteskan air mata, merasa berdosa pada Tuhan ketika kami menyanyikan lagu tentang taubat”.

(padahal nangisnya pendengar bisa jadi karena kakinya terinjak yang lain atau bisul di pantatnya tergencet. Uuoooaah….sakit banget tuh !)


Wartawan : “Ada yang protes agar masjid tidak dijadikan tempat konser, karena mengganggu orang beribadah di dalamnya. Bagaimana menurut Anda ?”


Band INI-ITU : “Niat kami konser juga ibadah. Semua kan dilihat niatnya. Innamal akmalu binniyat. Ibadah gak hanya sholat, dzikir aja kan ? Kalau mereka terganggu, berarti mereka beribadah kan tidak khusyu’. Berarti salah mereka sendiri, dong !

(kalau udah gini, ustad yang pernah ngaji Arbain Nawawiyah cuma bisa bengong, entah karena kalah dalil atau kehabisan kata-kata karena sibuk beristighfar )


Wartawan : “Jadi konser ini akan terus dilanjutkan ?”


Band INI-ITU : “ya iya lah, masak ya iya dong ! Duren aja dibelah bukan dibedong !


(Datang pejabat yang turut mensponsori acara konser itu)


Pejabat : “MUI atau lembaga yang lain jangan sok lah ! Tahu sendiri kan masjid itu gak hanya sekarang dijadikan tempat ramai ? Masjid itu biasa untuk pesta pernikahan, sunatan atau syukuran lain. Dan mesti ada musiknya, kadang organ tunggal, dangdutan dan lain-lain. Kenapa gak dari dulu protesnya ? Kenapa sekarang di saat ada band terkenal dari ibukota baru angkat bicara ? Apa pengin numpang ngetop karena protesnya bisa masuk koran ?!Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. HUH !!



Tiga huruf HUH tadi menjadikan suasana konferensi pers hening. Tidak ada wartawan yang mau tanya lagi. Sementara Band INI-ITU jadi merasa kurang nyaman. Tapi apa boleh buat, kontrak telah ditandatangani. Konser must go on …

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kok ora ono post maneh???