Rabu, 24 September 2008

Ramadhan dan Tradisi Maleman

Sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat istimewa. Di sinilah terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, Lailatul Qodar. Malam ini dikabarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan hadir di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kemudian Beliau saw lebih memberatkan untuk mencari di malam-malam ganjil yaitu 21, 23, 25, 27 dan 29. Ada pendapat menarik dari kriteria malam ganjil ini. Jika satu bulan Ramadhan berjumlah 30 hari maka malam ganjilnya sebagaimana di atas. Tetapi jika satu bulan berjumlah 29 hari maka malam ganjil dimulai dari malam 20, 22, 24, 26, dan 28. Wallahu a’lam

Yang jelas sangat ditekankan untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir dengan cara beriktikaf di masjid jami’[masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at’ lain itu gak sah]. Kenapa I’tikaf ? karena jika kita tertidur pun, Lailatul Qodar turun, kita masih dapat pahala karena kita sudah berniat I’tikaf di masjid.

Di tempatku ada tradisi maleman. Yaitu tradisi mennberikan shodaqoh berupa makanan yang dihidangkan pada malam-malam ganjil tersebut. Biasanya dihidangkan setelah sholat tarawih.

Ketika makanan dihidangkan, tak lupa dibacakan doa yang berisi permohonan kabulnya hajat, permintaan ampun untuk kerabat yang telah meninggal dan berbagai doa-doa yang lain.

Sebenarnya tradisi ini tidak ada pada jaman Rasulullah saw. Tetapi ketika orang-orang sudah mulai berpikir jalan pintas, ya…bershodaqoh seperti inilah yang dilakukan. Siapa tahu pas ngasih shodaqoh, pas Lailatul Qodar turun. Kan besar sekali keutamaannya. Delapan puluh tiga tahun amalan yang makbul.
Bukan maksud mereka membuat suatu amalan baru dengan berbuat seperti itu. Ini hanya sebuah ikhtiar untuk “menjaring” Lailatul Qodar yang dijanjikan. Amal ibadah pun bisa bermacam-macam, termasuk bershodaqoh seperti ini. Dan lagipula tidak ada tuntunan apakah bershodaqoh seperti ini suatu kewajiban.
Hanya saja ketika tradisi ini sudah mendarah daging, akibatnya orang banyak terlupa dengan amalan yang benar-benar dianjurkan Rasulullah saw, yaitu I’tikaf. Orang beri’tikaf di masjid menjadi orang aneh. Dikira hanya numpang tidur di masjid saja. Hanya orang iseng yang mau mengotori masjid dengan daki dan liur mereka. Wallahu musta’an…hanya kepada Allah tempat bermohon.

Eiit, hampir lupa. Doa ketika Lailatul Qodar turun “ Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa’fu anni ”. artinya Ya, Allah sesungguhnya Engkau pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkanlah [ampunilah] aku.

Doa ini dibaca setiap malam bulan Ramadhan, biasanya habis Tarawih. Seorang kawan pernah protes karena doa itu [dibaca tiap habis tarawih selama satu bulan] dianggap tidak sesuai, karena harus pas Lailatul Qodar sesuai tekstual hadist.
Masalahnya kita gak tahu kapan pasti turunnya. Jadi ini sama saja masalah “menjaring” seperti kasus makanan shodaqoh tadi.

Doa lain pun diperbolehkan, sesuai hajat kita masing-masing. Jangan lupa untuk mendoakan penulis ini agar selalu dalam hidayah dan ketetapan iman. Amiin..

Tidak ada komentar: