Rabu, 24 September 2008

Ramadhan dan Para Pencari Tuhan Jilid 2

Alhamdulillah, disaat tayangan televisi di negeri ini sudah tidak bermutu lagi, lebih-lebih di bulan Ramadhan ini, masih ada tayangan yang memberikan pencerahan. Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 2 [PPT2] mampu membuat gebrakan di saat acara TV dipenuhi lawakan gak bermutu, banci-bancian dan humor porno. Kuis berbau judi pun telah menodai kesucian Ramadhan. Eiit, PPT2 pun ada kuis macam itu. Ya…itu yang gak pas. Tapi tayangan sinetronnya isinya bagus banget.

Episode tadi pagi [ 24 Sept 08] merupakan yang paling berkesan buatku. Adalah tokoh Bara [Tora Sudiro ], seorang pelaut pemabuk yang hanya bisanya bikin onar. Ketika pertama muncul tokoh ini, aku sempat berpikir untuk apa tokoh seperti ini ditampilkan. Ending bagaimana yang diinginkan sutradara terhadap tokoh ini. Bertobat setelah bertemu Bang Jack dan kawan-kawan ? Itu bisa ditebak. Tapi jalannya tobat seperti apa ? Tadi pagi terjawab sudah.

Bara, yang bisanya berbuat onar dengan mabuknya, sebagai pelaut yang menguasai navigasi, berhasil membuktikan kalau arah kiblat Musholla At Taufiq ternyata melenceng. Bukan ke arah Mekkah sebagaimana seharusnya [ dalam fiqih, arah kiblat orang di luar Mekkah adalah kota Mekkah. Orang di dalam Mekkah kiblatnya adalah Baitullah. Orang di dalam Baitullah boleh menghadap mana saja, Wallahu a’lam]

Kemarahan pada Allah karena kehilangan adik yang sangat disayanginya telah membuat Bara menjadi pendurhaka. Dia sering datang ke musholla hanya untuk mengeluarkan kemarahan hatinya. Selebihnya, adegan lainnya lebih banyak tentang mabuk dan ulah isengnya yang lain.

Karena menguasai ilmu navigasi, dia bisa tahu kalau kiblat musholla telah melenceng. Hal ini akhirnya membuat tatanan karpet dan shof sholat dibuat sedemikian rupa sehingga tepat menghadap Mekkah. [ jadi teringat di Jogja banyak masjid dan musholla yang harus melakukan penyesuaian seperti ini. Kayaknya penulis skripnya terilhami Masjid Gedhe Kauman yang karpetnya miring karena masalah ini…he…he…just guess ].

Ketika dia pamitan untuk berlayar kembali, dia disadarkan Bang Jack dkk tentang kemurahan Allah ini.

“ Kenapa aku harus bertobat sedangkan Allah tidak memperdulikan aku ?” kata Bara.

Kalimat selanjutnya tak terduga. Andai aku yang jadi penulis cerita, tentu bantahannya tentang nikmat hidup, sehat, makan dan semacamnya.

Tak terduga.

Dialog selanjutnya malah tentang penemu pertama salahnya arah kiblat musholla.

Allah telah memberikan informasi sangat penting tentang arah kiblat itu lewat orang yang bernama Bara, pelaut pemabuk pembikin onar. Andaikata Bara tidak diberi rahmat, tidak dipedulikan Allah, tidak mempunyai arti penting, tentu Allah tidak akan memberikan informasi itu lewat dia. Tentu saja kalimatnya tidak sesederhana itu. Lebih dramatis lagi….

Aku jadi teringat nasehat ulama yang menghabiskan waktunya dalam dakwah. " Jika ingin orang lain mendapat hidayah, buat dia melakukan suatu kebaikan, walaupun dia sendiri tidak menyadarinya. Dimana dengan kebaikan itulah Allah ridho kepadanya, dan akan memberinya hidayah".

Ending yang sempurna. Membuat mataku ikut berkaca-kaca.

Totalitas yang sempurna dari para pemainnya. Two tombs for all of the talents and the crews.

1 komentar:

Iffatun Nisa mengatakan...

Di Jogja ngapain aja? Sekarng kerja dimana?Apa masih belajar design komp?